Menurut kurator festival Heru Hikayat, panitia pernah kerepotan mengantar seorang seniman yang mencari komponen elektronik untuk bahan karyanya. Keluar masuk sembilan toko elektronik di Jalan ABC, Bandung, tak seorang pun pelayannya yang bisa bahasa Inggris. Masalah baru terpecahkan setelah seniman itu bertemu pemilik toko yang lancar berbahasa Mandarin.
Soal makanan, sejumlah seniman dan tuan rumah seperti Aprodin mengaku tak ada masalah. “Susu saya sediakan pagi dan sore, tapi katanya cukup pagi saja,” kata warga Desa Sutawangi yang menampung Jeremy dari Singapura.
Seniman asal Meksiko Daniel Milan Cabrera mengaku menyukai masakan Sunda. “Saya suka lalap sambal dan jengkol,” ujarnya sambil tersenyum. Selama dua pekan di Desa Leuwenggede, ia mengeluh selalu kekenyangan karena sering tak kuasa menolak ajakan ramah para warga untuk makan.
Seorang seniman asal Singapura lain lagi ceritanya. Ia ikut datang ke masjid dan salat Jumat, padahal ia bukan muslim. “Warga mengira ia beragama Islam dan senimannya merasa tidak enak kalau ia menolak,” kata Arief Yudi.
ANWAR SISWADI (JATIWANGI)