Yenny mulai kepincut dengan hasil karya Amy sejak desainer ini ditunjuk membikin busana pernikahannya dengan Dhohir Farisi sekitar enam bulan silam. "Sejak itu saya sering kontak-kontakan, curhat-curhatan, dan kirim-kirim kue," tutur perempuan kelahiran Jombang, 29 Oktober 1974, itu di Jakarta, Selasa sore, (27/4).
Sebenarnya, soal busana, Yenny menerapkan asal manfaat. Ia lebih menyukai pakaian yang terlihat sopan, rapih, dan nyaman. Namun tetap harus mengikuti perkembangan mode. "Seperti batik yang saya kenakan sekarang ini," terang perempuan yang tengah mengenakan kebaya hitam buram bermotif bunga-bungaan itu.
Yang menarik, Yenny tidak menilai busana yang bagus itu dari kerapihan jahitannya. Melainkan, ia melanjutkan, "Di dalamnya harus ada keaslian, ketelitian, kerja keras dan kreativitas."
Cara menilai seperti ini, Yenny dapat dari majalah fashion yang ia baca sesekali di antara tumpukan koran dan majalah politik. "Tapi saya tidak pernah langganan," tutur putri almarhum Gus Dur itu.
MUSTHOLIH