TEMPO Interaktif, Bandung - Dari belasan film yang dibesutnya, sutradara Hanung Bramantyo ternyata baru merasa puas terhadap dua film yang digarapnya. Kedua sinema yang mengesankan itu adalah Get Married 1 dan Catatan Akhir Sekolah.
Menurut Hanung, kepuasannya tercapai setelah kolaborasi ideal muncul antara sutradara, produser, dan penulis skenario. "Ini fondasi kuat pembuatan sebuah film," katanya dalam diskusi film di Bale Rumawat Universitas Padjadjaran, Bandung, Kamis (1/4).
Kesamaan pandangan dan kekompakan tim itu, ujar dia, sulit didapat di film-film lainnya, bahkan di film yang menjadi box office. "Film Ayat-ayat Cinta tidak (kompak) begitu, tapi anehnya meledak," ujarnya.
Dia juga menampik anggapan kesuksesan sebuah film berdasarkan kreativitas. Dari pengalamannya, ide kreatif, bakat, dan keaslian cerita untuk dunia perfilman Indonesia hanya terpakai 20 persen. Selebihnya adalah hasil kolaborasi dan kompromi sutradara, produser, dan penulis skenario. "Di situlah seninya film," katanya.
Ia pun tak sepakat dengan orang-orang yang mengagungkan keaslian karya film dan idealisme. Ternyata, kata dia, idealisme itu cuma mitos. "Kita selalu mengejar (idealisme) tapi nggak mungkin mencapainya," ujarnya.
ANWAR SISWADI