TEMPO.CO, Cimahi - Seniman perempuan asal Bali, Prajna Dewantara Wirata menggelar pameran tunggal berjudul 'Janmashtami'. Bertempat di Mola Art Gallery, Kota Cimahi, Jawa Barat, pameran ini berlangsung sejak 31 Agustus hingga 31 Oktober 2024. “Prajna membasuh metode lamanya dengan pendekatan yang baru,” kata kurator pameran Anton Susanto, Jumat 6 September 2024.
Karya Prajna, menurutnya, tidak lagi cenderung realis fotografis, namun lebih ekspresif dengan sapuan kuas secara halus, mengalir, dan transparan. Hasilnya dinilai jauh berbeda jika dibandingkan dengan kekaryaan sebelumnya yang cenderung bergaya realis dengan kerincian bentuk. Misalnya pada seri lukisan Draupadi Vastraharan buatan 2017-2018.
Kebaruan dalam Pameran Tunggal Prajna Dewantara Wirata
Bentuk figuratif khususnya perempuan pada lukisan terbaru Prajna masih muncul. Namun menurut Anton, bentuknya tidak seperti pada seri sebelumnya yang cenderung spesifik merujuk pada identitas karakter tertentu. Pada seri Janmashtami, figur-figur perempuan cenderung anonim yang muncul dengan berbagai gestur seperti sedang menari atau gerak teatrikal.
Tubuh dari figur yang digambarkan secara siluet, semuanya seperti diliputi oleh selaput berbentuk semacam kain atau tirai tipis tembus pandang berwarna biru, ungu, dan kelabu. “Lebih menyerupai tabir yang berkelebatan mengikuti gestur dan gerakan figur misterius,” ujar Anton.
Seniman perempuan asal Bali, Prajna Dewantara Wirata menggelar pameran tunggal berjudul Janmashtami di Mola Art Gallery, Kota Cimahi, Jawa Barat, sejak 31 Agustus hingga 31 Oktober 2024. Foto: Dok.Mola.
Selain menggunakan cat akrilik dan tinta, kanvas lukisannya juga menyerap tirtha atau air yang disucikan. Total ada 32 karya yang dibuat seniman berusia 32 tahun itu termasuk karya tiga dimensi hasil eksplorasinya.
Adaptasi Festival Janmashtami
Adapun judul pameran mengadaptasi dari acara Festival Janmashtami dalam tradisi umat Hindu untuk menandai kelahiran Dewa Khrisna yang berlangsung sekitar Agustus dan September. Dewa Khrisna yang identik dengan perlindungan, kasih sayang, cinta, dan kelembutan, ikut diserap Prajna dalam pembuatan karyanya.
“Bagi Prajna, melukis tidak melulu persoalan menciptakan imaji namun secara bersamaan merupakan bagian dari proses self-healing atas peristiwa traumatis yang dialami dalam perjalanan hidupnya,” kata Anton.
Prajna kini bermukim di Jakarta, kota tempat kelahirannya pada 1992. Lulusan Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung pada 2018 itu pada masa awal kuliahnya tertarik pada gaya dan teknik melukis realisme. Corak itu dipengaruhi oleh seniman asal Belanda yang menetap di Bali, Nico Vrielink yang membimbing Prajna melukis.
Setiap tahun sejak 2012, Prajna tergolong aktif ikut berpameran hingga sekarang. Pada tahun ini misalnya karyanya ikut dipajang di pameran Reimmaginare Renaissance di Grey Art Gallery Bandung, kemudian Whispers of Wonder di Yogyakarta, Thy Kingdom Come di Unicorn Gallery Jakarta, serta pameran berjudul Unconditional Love di Creativite Art Space Jakarta.
Pilihan Editor: Pameran Tunggal Cosilia Wu di Orbital Dago Bandung Tampilkan Foto Bersulam Benang