TEMPO.CO, Jakarta - Setelah rumor yang beredar selama berbulan-bulan, penyanyi Katy Perry akhirnya resmi menjual hak atau katalog musiknya kepada Litmus Music seharga USD 225 juta atau senilai Rp 3 triliun, Senin 18 September 2023.
Mengikuti kesepakatan hak musik lainnya pada 2023, sama seperti penjualan yang dilakukan Justin Bieber senilai USD 200 juta ke Hipgnosis Songs Campital, hal ini menunjukkan bahwa artis ternama masih bisa memperoleh pendapatan tertinggi yang dipengaruhi oleh selera investor terhadap hak lagu.
5 Album Katy Perry yang Diserahkan ke Litmus Music
Dikutip dari Billboard, kerja sama ini dilaporkan mencakup saham bintang pop tersebut dalam rekaman master dan hak penerbitan untuk lima album yang dia rilis antara tahun 2008 dan 2020, yakni One of The Boys, Teenange Dream, Prism, Witness, dan Smile. Sebelumnya, Universal Music Group selaku menjadi pemilik master album-album laris tersebut.
Mulai dari single I Kissed A Girl pada Juli 2008 hingga lima lagu yang berada dalam album Teenage Dream, semuanya menduduki puncak tangga lagu tertinggi dan Katy Perry telah mencatatkan total sembilan lagu nomor satu di Billboard Hot 100. Lagu-lagu tersebut yaitu California Girls, Firework, E.T, Last Friday Night (T.G.I.F.) dan Teenage Dream.
Litmus Music merupakan perusahaan yang didukung oleh Carlyle, didirikan bersama oleh mantan presiden Capitol Records Dan McCarroll. Perusahaan yang tergolong baru di industri musik ini berdiri pada musim panas 2022 dan melakukan akuisisi besar pertamanya pada Desember berikutnya, yakni dengan membeli hak Keith Urban atas rekaman master miliknya.
Lagu-lagu Katy Perry Dianggap Penting sebagai Bagian dari Budaya Global
Sebelumnya, penyanyi Roar ini telah berhubungan secara profesional dengan Dan McCarrol sebagai salah satu pendiri dan Chief Creative Officer Litmus. Bermula pada 2010 saat McCarrol menjadi presiden Capitol Records.
“Katy Perry adalah seorang visioner kreatif yang telah memberikan pengaruh besar di bidang musik, TV, film, dan filantropi. Saya merasa sangat terhormat bisa bermitra lagi dengannya dan membantu Litmus mengelola repertoarnya (rencana komposisi musik) yang luar biasa,” kata Dan McCarrol.
Lebih lanjut, salah satu pendiri dan CEO Litmus, Han Forsyth, menyebut bahwa lagu-lagu Katy Perry penting karena sebagai bagian dari tatanan budaya global. Ia juga bersyukur bisa bekerja sama lagi dengannya.
“Kami yakin ini merupakan bukti kemampuan tim dalam bermitra dengan artis-artis papan atas dunia. Lagu-lagu ikonik Katy Perry tidak hanya meraih kesuksesan komersial yang luar biasa, tapi secara signifikan juga memengaruhi budaya populer,” tutur Matt Settle, direktur pelaksana di Carlyle.
INTAN SETIAWANTY | BILLBOARD
Pilihan Editor: Dikaruniai Bayi di Tengah Pandemi, Katy Perry - Orlando Bloom Rasakan Keajaiban