TEMPO.CO, Jakarta - Di kalangan para penggemar musik, dikenal istilah baru yang disebut polisi skena. Istilah itu turut memperkaya beragam istilah di kalangan para penonton konser atau para fans suatu band. Sebut saja 'anak skena', 'gaya skena' bahkan 'sepatu skena'.
Dilansir dari buku berjudul Jurnalisme Musik dan Selingkar Wilayahnya karya Idhar Resmadi, 'skena' adalah istilah yang digunakan untuk membedakan perubahan dan perkembangan karakter khas sebuah genre musik. Misalnya, skena hiphop di New York, skena death metal di Ujungberung atau skena dangdut.
Adapun anak skena adalah sebutan untuk orang-orang yang menggemari musisi, suatu kelompok atau suatu aliran musik dengan ciri-ciri khusus. Misalnya anak metal yang identik berpakaian hitam-hitam dan berambut gondrong, anak hiphop yang identik dengan pakaian gombrang, sneaker basket dan perhiasan bling-bling, bahkan anak skinhead yang identik dengan kepala plontos. Karena aliran musik dan gaya berbusana yang beda, kelompok penggemar ini bisa dibedakan satu sama lain.
Namun kadang kala, saat suatu kelompok penggemar ini bertemu, baik dalam suatu pertunjukkan musik atau dalam suatu tongkrongan, kerap muncul kritikus yang menebar sentimen salah kostum kepada salah satu pihak.
Tindakan itu yang kemudian diistilahkan sebagai polisi skena. Dilansir dari essay berjudul "Polisi Skena", Sindiran Sir Dandy Terhadap Superioritas di Kalangan Penikmat Musik karya Annisa Nadia Harsa di laman whiteboardjournal.com, polisi skena adalah istilah yang ditujukan untuk orang yang kerap mengkritik gaya seseorang ketika menonton pertunjukan musik.
Bahkan secara ekstrem, polisi skena disebut-sebut kerap mengetes sejauh mana pengetahuan seorang penggemar ihwal profil dan lagu sebuah band yang tercetak pada kaos yang sedang dikenakan.
Tindakan itu bagi sebagian orang dianggap menyebalkan. Sir Dandy misalnya seorang musisi indi bahkan mengkritik tabiat polisi skena lewat sebuah lagu berjudul "Polisi Skena'. Melalui lagu itu, vokalis band Teenage Death Star tersebut mengkritik kelakuan para polisi skena yang dianggap sebagai bentuk menghalangi kebebasan berekspresi.
Fenomena polisi skena disebut sebagai budaya kritik para pecinta musik terhadap orang-orang yang dipandang tidak biasa dalam cara mereka menikmati musik di gigs atau pertunjukan. Istilah tersebut juga merujuk pada orang yang merasa berhak menilai selera, pendapat, atau kebiasaan penggemar musik lain di media sosial.
Melalui lagunya itu, tulis Annisa, Sir Dandy mengkritik para polisi skena. Sebab, menurut Dandy, tidak boleh ada aturan atau kepercayaan partisan bahwa seseorang berhak menilai dan membatasi selera, kebiasaan dan pendapat orang lain yang sedang menikmati musik atau hanya mengenakan atribut sebuah band.
Pilihan Editor: Film Dokumenter Band Mocca, Perjalanan Gelar Konser Sebelum Vakum pada 2011