Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Marion Jola Akui Pernah Star Syndrome, Begini Ciri-ciri Sindrom Popularitas

image-gnews
Marion Jola. (Instagram/@lalamarionmj).
Marion Jola. (Instagram/@lalamarionmj).
Iklan

TEMPO.CO, JakartaMarion Jola atau yang akrab dipanggil Lala merupakan salah satu penyanyi Indonesia asal Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). Ia memulai kariernya sebagai seorang penyanyi berawal dari kesediaannya mengikuti ajang pencarian bakat pada 2017 yang juga mengharuskannya pergi ke Jakarta. Meskipun awalnya tidak berkeinginan untuk menjadi musisi, tetapi ketika mulai mengikuti ajang pencarian bakat tersebut ia mengaku mulai jatuh cinta pada dunia musik. Selain itu, ia juga mengaku sempat mengalami star syndrome.

Usai tereliminasi dari ajang pencarian bakat Indonesian Idol, Lala memulai debutnya dengan merilis lagu berjudul Jangan yang membuat kariernya langsung meroket. Namun, di balik kesuksesannya, Lala sempat mengalami star syndrome dan culture shock karena pergaulan Jakarta yang identik dengan kehidupan malam, sangat berbeda dengan daerah asalnya. 

Ia merasa bahwa orang keren adalah orang yang selalu menghadiri live music di kafe-kafe ternama Jakarta. Di Jakarta pula, Lala mendapatkan lingkup pertemanan yang lebih luas daripada di daerah asalnya, Kupang. 

"Dahulu, aku gara-gara pindah ke sini (Jakarta) merasakan culture shock ditambah star syndrome," jelas Lala pada 20 Maret 2023, seperti dilansir dalam kanal YouTube @VINDES

Star Syndrome

Star syndrome dapat dikatakan sebagai kondisi bagi orang-orang yang baru terkenal atau berhasil di mata publik dan menjadi lebih fokus pada dirinya sendiri daripada orang lain. Sindrom ini dapat dialami seseorang karena adanya pengaruh dari lingkungan sekitar, seperti mendapatkan tekanan besar dari opini publik atas dirinya yang diinginkan.

Akibatnya, seseorang yang mengalami sindrom ini akan mengalami rasa takut untuk mengecewakan sudut pandang publik. Selain itu, seseorang yang mengalami sindrom ini juga takut tidak dihargai lagi sehingga memengaruhi mentalnya.

Merangkum petra.ac.id, gejala star syndrome dapat dilihat dari adanya perubahan signifikan yang terjadi dalam kehidupan seseorang. Biasanya, kondisi ini dapat dilihat dari orang-orang yang baru terkenal atau mendadak kaya.

Ciri-ciri atau gejala utama dari seseorang yang mengalami star syndrome adalah merasa memiliki kewajiban untuk tampil secara sempurna di depan publik sehingga agar tidak kalah dengan orang lain. Adapun, ciri lainnya dari seseorang yang mengalami star syndrome, yaitu:

  • Seseorang hanya ingin bergaul dengan orang yang memiliki tingkatan atau kelas sosial sama, 
  • Seseorang kerap mengacuhkan dan menyepelekan orang lain, 
  • Seseorang rela melakukan apapun untuk mendapatkan perhatian dari orang lain, 
  • Seseorang selalu merasa haus akan pujian dan pengakuan dari orang lain, 
  • Selalu diselimuti rasa takut atau cemas, jika ada hal yang kurang tepat, dan 
  • Seseorang dengan tegas menunjukkan sikapnya tidak menerima kritikan dari orang lain.

Dahulu, star syndrome hanya dialami oleh para selebriti atau orang yang mempunyai prestasi sehingga secara tiba-tiba terkenal dan diidolakan banyak orang. Namun, kini, star syndrome semakin marak terjadi. Hal ini diikuti dengan penggunaan media sosial yang setiap hari semakin meningkat sehingga siapa saja dapat mengalami star syndrome. Ditambah pula, kini media sosial menjadi bagian dari gaya hidup dan bahkan tolak ukur kesuksesan seseorang. 

Kendati demikian, star syndrome harus diwaspadai dan ditangani dengan baik dan cepat. Jika tidak ditangani demikian, maka seseorang dapat mengalami dampak negatif, seperti rasa kesepian, stres, dan depresi. Tidak perlu khawatir, kondisi ini dapat diatasi dari diri sendiri dengan sering melakukan introspeksi diri dan memilih lingkungan yang selalu mendukung terhadap tindakan baik. Meskipun butuh waktu lama untuk menanganinya, tetapi dengan konsistensi dan keyakinan yang kuat, star syndrome dapat ditangani. 

Pilihan Editor: Star Syndrome Apa Itu? Tilik Cara Marion Jola Menghindarinya

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram http://tempo.co/. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Sebut Judi Online 6 Kali Lebih Bahaya dari Narkoba, Psikiater RSCM Sarankan Ini

3 jam lalu

Ilustrasi pemain judi online. Selain wartawan, Menkominfo Budi Arie mengungkapkan bahwa pegawai di Kementerian Komunikasi dan Informatika juga terlibat praktik judi online. TEMPO/ Febri Angga Palguna
Sebut Judi Online 6 Kali Lebih Bahaya dari Narkoba, Psikiater RSCM Sarankan Ini

Psikiater menyebut judi online urgen dicegah. PPATK mencatat 197.054 anak 11-19 tahun sudah bermain judi online dengan deposit total Rp 293,4 miliar.


Gempa Darat dan Dangkal Guncang Kupang, Ini Data dan Penjelasan BMKG

2 hari lalu

Peta lokasi pusat gempa di Kupang pada 24 Juli 2024. Foto: BMKG
Gempa Darat dan Dangkal Guncang Kupang, Ini Data dan Penjelasan BMKG

Gempa berkekuatan M5,1--diperbarui dari info awal M5,4--mengguncang cukup kuat Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur, pada Rabu sore, 24 Juli 2024.


6 Manfaat Memiliki Hewan Peliharaan Bagi Lansia, Apa Lagi Selain untuk Kesehatan Mental?

3 hari lalu

Ilustrasi anjing dan kucing. shutterstock.com
6 Manfaat Memiliki Hewan Peliharaan Bagi Lansia, Apa Lagi Selain untuk Kesehatan Mental?

Salah satu manfaat dari memiliki hewan peliharaan adalah baik untuk kesehatan mental. Selain itu, ternyata memelihara anjing atau kucing dapat membantu mengurangi risiko penyakit jantung. Berikut selengkapnya.


Dalam Sehari Ada Dua Warga Ditemukan Meninggal di Rumahnya di Depok

7 hari lalu

Ilustrasi mayat. Pakistantoday.com
Dalam Sehari Ada Dua Warga Ditemukan Meninggal di Rumahnya di Depok

Tim identifikasi Polres Metro Depok memastikan kematian korban tidak ada tanda-tanda kekerasan.


Makna Memaafkan Buat Diri Sendiri, Bermanfaat Menenangkan Hati

7 hari lalu

Ilustrasi perempuan menulis surat permintaan maaf ke pacar. Foto: Freepik.com/rawpixel.com
Makna Memaafkan Buat Diri Sendiri, Bermanfaat Menenangkan Hati

Konsep memaafkan ternyata sangat membantu kita menurunkan gejala depresi dan gejala kecemasan, dan meningkatkan harapan.


Beda Baby Blues dan Depresi setelah Melahirkan

12 hari lalu

Ilustrasi baby blues. shutterstock.com
Beda Baby Blues dan Depresi setelah Melahirkan

Kondisi baby blues dan depresi pada ibu melahirkan berbeda. Apa saja perbedaannya?


Pria Menikah Juga Bisa Kesepian, Berikut Tandanya

17 hari lalu

Ilustrasi pasangan bermasalah. Shutterstock.com
Pria Menikah Juga Bisa Kesepian, Berikut Tandanya

Pernikahan tak bisa begitu saja melepaskan orang dari kesepian. Berikut beberapa tanda laki-laki yang kesepian meski sudah menikah.


Insiden Mom Shaming yang Diungkap HCC Menimpa Sebagian Besar Ibu-ibu Indonesia

23 hari lalu

Ilustrasi wanita cemas. Freepik.com/Wayhomestudio
Insiden Mom Shaming yang Diungkap HCC Menimpa Sebagian Besar Ibu-ibu Indonesia

Hasil rilis studi HCC menyebut 7 per 10 ibu responden alami mom shaming di Indonesia. Apakah mom shaming itu?


Manfaat Berpikir Positif: Memperpanjang Umur hingga Menyehatkan Tubuh

24 hari lalu

Ilustrasi ibu hamil berpikir. shutterstock.com
Manfaat Berpikir Positif: Memperpanjang Umur hingga Menyehatkan Tubuh

Selain membantu mengatasi stres dan tantangan hidup sehari-hari, berpikir positif juga memiliki banyak manfaat bagi kesehatan fisik dan mental.


Psikolog Sebut Dampak Sering Terpapar Polusi Udara bagi Kesehatan Mental

25 hari lalu

Masjid Istiqlal yang tertutup polusi di Jakarta, Jumat 21 Juni 2024. Berdasarkan data situs pemantau kualitas udara IQAir pada pukul 15.53 WIB, Indeks Kualitas Udara (Air Quality Index/AQI) di Jakarta berada pada angka 155 yang menempatkannya sebagai kota besar dengan kualitas udara terburuk kedua di dunia di bawah Kinshasa, Kongo. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
Psikolog Sebut Dampak Sering Terpapar Polusi Udara bagi Kesehatan Mental

Psikolog mengatakan selain dapat berdampak terhadap kesehatan fisik, paparan polusi udara terus-menerus dapat menyebabkan gangguan kesehatan mental.