TEMPO.CO, Jakarta - Seniman Hardiman, 65 tahun, menggelar pameran tunggal lukisannya di Galeri Griya Seni Popo Iskandar, Bandung. Pameran yang berjudul Harakat Warna Hardiman itu berlangsung 19 Oktober hingga 17 November 2022. “Seri karya terbarunya antara lain burung jalak Bali dan ikan,” kata pengelola galeri, Anton Susanto, Ahad, 6 November 2022.
Menurutnya, burung jalak Bali dan ikan bisa diartikan sebagai gambaran seniman kelahiran Garut, pada 7 Mei 1957 itu yang merintis karier di Bandung kemudian hijrah menetap di Bali. Hardiman, kata Anton, memposisikan dirinya sebagai seorang pelukis yang formalis dan percaya pada persoalan visual. Pada pameran ini karyanya terbagi dalam seri jalak Bali, ikan predator, dan abstrak.
Pada karya jalak Bali, gambar lukisannya tidak seperti wujud asli satwa endemik itu yang berbulu dominan putih dan hitam pada ujung sayap dan ekor dengan garis mata berwarna biru. Hardiman melukiskannya dengan aneka warna yang kontras dan cenderung cerah sebanyak 36 lukisan. Gaya serupa muncul pada karya seri ikan yang berjumlah 31 lukisan. Sementara seri karya bercorak abstraknya berjumlah 49 lukisan.
Hardiman, 65 tahun, seniman kelahiran Garut yang merintis karir di Bandung kini menetap di Bali. (Dok.Galeri)
“Lukisan saya membicarakan sesuatu yang tidak terkatakan oleh puisi saya, teater, grafis, atau seni yang lainnya,” kata Hardiman secara tertulis. Lukisannya mengatakan tentang garis, bidang, warna, dan barik. Unsur visual ditumbuhkan sebagaimana fungsi estetisnya masing-masing secara mandiri maupun saling berkaitan satu sama lain. “Inilah arah dalam lukisan saya. Intinya, saya mempersoalkan unsur visual ini sebagai hal yang dibicarakan dalam lukisan saya,” ujarnya.
Menurut kurator pameran, Rizki A. Zaelani, warna dalam ekspresi lukisan-lukisan Hardiman adalah unsur persoalan penting. Dia mengibaratkan sebagai pilihan kata-kata khusus dalam uraian sebuah kalimat atau pernyataan baru dari yang pernah dilontarkan pihak lain. Tindakan itu dinilainya mengandung maksud dari struktur pengalaman yang bisa mengakar dalam.
Hardiman, lulusan Jurusan Pendidikan Seni Rupa IKIP yang kini bernama Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung itu menyelesaikan program Doktor tentang Kajian Budaya di Universitas Udayana, Denpasar, Bali. Dia kini menjadi dosen Program Studi Pendidikan Seni Rupa Universitas Pendidikan Ganesha, Bali.
Selain melukis, dia menulis seni rupa dan buku, menjadi kurator independen, membuat puisi, dan menekuni fotografi, serta teater. Kiprahnya diganjar sejumlah penghargaan seperti Wijaya Kusuma dari pemerintah daerah Buleleng, Bali, sebagai pelukis, kemudian penghargaan Widya Pataka dari Gubernur Bali sebagai penulis buku, juga penghargaan Bali Jani Nugraha sebagai kritikus seni rupa dari Gubernur Bali pada 2022.
ANWAR SISWADI
Baca juga: Dua Anak Kiai Gelar Pameran Lukisan Bareng di Bandung
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.