TEMPO.CO, Jakarta -Selebgram Edelenyl Laura Anna telah menghembuskan nafas terakhirnya pada 15 Desember 2021.
Belum diketahui pasti penyebab meninggalnya Laura Anna, namun diketahui ia tengah berjuang melawan penyakit spinal cord injury akibat kecelakaan yang menimpanya bersama Gaga Muhammad pada 2019 silam.
Sebelum meninggal Laura menginginkan jasadnya untuk dikremasi. “Soal itu, Laura suka dark jokes juga, kalau keinginan kremasi itu sudah lama. Dia bilang takut di kuburan sendirian,” kata Greta Irene kakak Laura.
Selebgram yang memiliki nama lengkap Edelenyi Laura Anna ini sebelum meninggal dunia, tengah menghadapi kasus kecelakaan mobil bersama Gaga Muhammad. FOTO/Instagram
Jasad Laura dikremasi di krematorium Grand Heaven, Pluit, Jakarta Utara, Kamis, 16 Desember 2021.
Proses kremasi yang berlangsung sekitar 4 jam itu menghasilkan dua jenis abu, yaitu abu inti dan abu larung.
Lalu, apa itu kremasi? Dan sejarah awalnya?
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI),kremasi adalah pembakaran mayat sehingga menjadi abu; pengabuan.
Berdasarkan bahasa, kata kremasi diambil dari bahasa Inggris yaitu ”cremate”.
Kata ini berasal dari bahasa Latin “cremare” pada akhir abad ke-19 yang berarti bakar.
Setelah dirangkum dari berbagai sumber, kremasi merupakan penguburan alternative dengan cara membakar jenazah menggunakan panas yang hebat untuk mengubah jasad menjadi abu.
Sejarah
Praktek kremasi diperkenalkan oleh orang-orang Yunani pada awal tahun 1000 Sebelum Masehi. Kremasi menjadi bagian integral dari kebiasaan penguburan Yunani yang rumit.
Mereka tampaknya telah mengadopsi kremasi dari beberapa orang utara sebagai keharusan perang, untuk memastikan tentara yang terbunuh di wilayah asing pemakaman tanah air yang dihadiri oleh keluarga dan sesama warga negara. Mayat dibakar di medan perang, kemudian abu dikumpulkan dan dikirim ke tanah air untuk dimakamkan secara seremonial.
Kemudian, orang-orang Romawi mengikuti mode Yunani dan Trojan dalam mengkremasi pahlawan militer mereka. Namun, sekitar tahun 100 Masehi, kremasi di Kekaisaran Romawi dihentikan, karena penyebaran agama Kristen.
Meskipun kremasi tidak secara eksplisit tabu di antara orang Kristen, karena kepercayaan akan bangkitnya manusia di hari kiamat.
Namun, orang-orang Skandinavia pagan menyukai kremasi, mereka percaya bahwa itu membantu membebaskan roh dari daging. Selain itu, agar tidak membuat orang mati menyakiti yang hidup.
Selanjutnya: Praktik-praktik pagan ini sejajar dengan kremasi...