Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Nominasi Film Pilihan Tempo, Paranoia Ajak Penonton Uji Nyali

Reporter

Editor

Mitra Tarigan

Film PARANOIA tayang di bioskop pada 11 November 2021. Foto: Miles Films.
Film PARANOIA tayang di bioskop pada 11 November 2021. Foto: Miles Films.
Iklan

TEMPO.CO, JakartaFilm Pilihan Tempo hadir untuk sebagai salah satu bentuk apresiasi Tempo kepada karya seni peran dan para sineas lewat sejumlah kategori. Beberapa kategori yang hadir dalam Film Pilihan Tempo 2021 adalah kategori film, sutradara, naskah, aktor, artis, serta aktor dan aktris pendukung pilihan Tempo.

Redaksi Tempo sendiri tak meminta para produser untuk mendaftarkan filmnya. Melainkan, Tempo yang aktif merangkum film yang tayang dalam setahun terakhir. Baik itu yang tayang di bioskop komersial, festival film dalam dan luar negeri, maupun di layanan menonton streaming. “Jumlah nominasinya tidak kami patok, karena menyesuaikan diskusi di ruang penjurian yang tahun ini berlangsung daring karena pandemi,” kata salah satu juri dari Redaksi Tempo, Nurdin Kalim pada pertengahan Desember 2021.

Dari puluhan film yang diseleksi, ada 5 film yang masuk nominasi Film Pilihan Tempo, salah satu film yang masuk nominasi adalah Film Paranoia. Film genre thriller pertama karya Riri Riza ini mampu mengajak penonton untuk menggasak nyali mereka. Intip sinopsisnya.

Pabrik adrenalin ini dibangun sutradara Riri Riza dan produser Mira Lesmana sejak tahun lalu. Film ini menggasak nyali tak hanya bagi kita penonton, tapi juga bagi Riri sendiri karena Paranoia adalah film pertamanya yang bergenre thriller. Sebelum ini, jejak Riri dalam ranah penyutradaraan berputar pada drama-drama dengan ciri yang “kebetulan” mirip: tentang persahabatan, konflik keluarga, juga problem ruang dan sosial. Tentu kita ingat Bebas, Ada Apa Dengan Cinta?, Petualangan Sherina, juga Laskar Pelangi. Hampir semua film Riri mencetak hit. Bahkan tiga di antara belasan film itu masuk daftar 20 film Indonesia terlaris. Lantas kali ini, saat Riri meninggalkan zona nyamannya dan meracik Paranoia, akankah film yang bakal tayang di bioskop pada 11 November mendatang tersebut sama benderangnya?

Menjadi persoalan tersendiri ketika ide Riri datang di tengah masa pandemi. Tak semata karena bioskop bolak-balik ditutup, sementara film thriller alangkah sedapnya bila dinikmati di layar lebar. Namun pastinya ini membutuhkan strategi khusus dalam pengambilan gambar. Belum lagi urusan latar tempat dan interaksi antarpemain. Dapatkah keterbatasan-keterbatasan itu diatasi Riri, walau tak bisa dimungkiri, tak sedikit film thriller tetap asyik walau berlatar tempat yang terbatas. Siapa tak gentar menahan ketegangan yang terbangun “hanya” dari sebuah rumah ataupun desa kecil, seperti dalam A Quiet Place, Panic Room, 10 Cloverfield Lane, ataupun Signs? Dalam ruang gerak film yang itu-itu saja, jantung kita sebagai penonton bisa saja dibuat morat-marit.

Pembatasan jarak sosial membuat pengambilan gambar Paranoia dilakukan di ruang terbatas dari dua vila di Bali. Untuk itu, Riri memanfaatkan penempatan kamera untuk menghasilkan ragam tempat, seolah bertualang ke mana-mana. “Kami harus memanfaatkan semua yang ada dalam radius 12 kilometer dari vila. Jadi kami mengeksplorasi sudut pandang kamera agar semua adegan seakan-akan diambil di banyak tempat. Padahal sebenarnya itu dilakukan di sekitar vila juga. Baik itu adegan saat mobil berjalan, penjara, maupun rumah tokoh Dina dan Gion, itu ada di tempat yang berdekatan,” ucap Riri dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis, 4 November lalu.

Ilustrasi ketegangan itu diramu lewat kepanikan Dina (diperankan Nirina Zubir), ibu dari Laura (Caitlin North-Lewis). Alkisah Dina, seorang pekerja pariwisata di Bali, mesti kabur sejauh-jauhnya dari sang suami, Gion (Lukman Sardi). Mulanya hidup Dina tenang saja karena Gion mendekam di penjara. Namun pada awal pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar tahun lalu, kita tahu pemerintah membebaskan sejumlah narapidana. Kengerian ini yang kemudian menjebak tokoh Dina—juga masyarakat kita—dalam situasi tegang dan mengutuki ketidakberdayaan. Ketika itu pun di media sosial tak sedikit orang menyumpahi kondisi gelap dan getir ini. Sudah malang tertimpa pandemi, masih pula narapidana dibebaskan dan menambah kecemasan.

Produser Paranoia, Mira Lesmana, mengaku filmnya memang berangkat dari keresahan sebagian dari kita saat awal masa pandemi. Kegelisahan akan suatu wabah yang tak terlihat dan belum dikenal sebelumnya menjadi pemantik frustrasi yang sahih. Begitu pun Dina yang parno alias paranoid karena Gion keluar dari bui dan memburunya. Dina ketakutan lantaran dulunya Gion dijebloskan ke penjara karena melakukan kekerasan dalam rumah tangga padanya. Selain itu, ada barang berharga milik Gion yang karena satu hal terbawa oleh Dina. Merasa frustrasi, Dina membawa Laura kabur ke sebuah vila terpencil di Bali. Di tempat persembunyian itu, Dina dan Laura berkenalan dengan Raka, lelaki yang tinggal di kompleks vila yang sama.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Latar belakang tokoh yang misterius menjadi bekal lumayan untuk membawa ketegangan ke permukaan. Namun, di satu sisi, minimnya informasi soal mereka justru meninggalkan lubang yang cukup mengganggu saat penonton keluar dari bioskop. Bahkan karakter Gion sebagai tokoh utama pun tetap kelabu hingga akhir film. Siapa sih sebenarnya sosok ini? Begitu pun sosok Raka (Nicolas Saputra), yang membawa dentuman romansa di tengah segala kericuhan di vila. Apakah dia hadir sekadar untuk membikin tokoh utama keblinger karena parasnya, ataukah dia juga—ini tetap harus menjadi rahasia sampai akhir—monster yang mesti diwaspadai keberadaannya? Rasa penasaran kita akan sosok Raka diwakilkan Laura, yang dikisahkan bernyali tinggi. Saking tak kenal rasa takut, Laura bahkan cuek saja berjingkat di dekat jendela rumah Raka untuk mengintipnya.

Jalinan ketegangan dalam Paranoia dibumbui sengkarut rumah tangga Gion dan Dina. Petaka itu disulut sosok Gion yang abusif dan superior, sementara Dina adalah istri tak berdaya dan tak berani melawan. Ketimpangan relasi ini kentara saat alur berjalan mundur ke waktu lampau, saat kekerasan fisik dan psikologis dialami berulang oleh Dina (yang dibawakan sepenuh hati oleh Nirina). Hantaman lahir-batin dari Gion itu membekas dan menumpuk di pikiran Dina hingga membuatnya parno—dan mendapat julukan seperti itu di buku kontak putri kandungnya. Ia mewakili realitas kondisi korban kasus kekerasan dalam rumah tangga, yang barangkali mengalami gangguan psikologis karena deraan luka traumatis.

Narasi soal KDRT dan paranoia Dina pada awalnya masuk akal, sebelum ia berjumpa dengan Raka. Ya, Raka memang tampak seperti pria baik-baik yang (kebetulan) visualnya meneduhkan. Namun, kembali pada masa lalu Dina dan paranoia yang menetap lama di pikirannya, wajarkah bila dalam beberapa hari saja ia menaruh rasa percaya pada lelaki yang tak jelas asal-usulnya? Wajarkah bila Dina bahkan membuka diri terhadap Raka yang misterius, sementara ia tahu di saat yang sama Gion masih bernafsu memburunya?

Segala kemungkinan itu pastinya bakal berputar di sepanjang film. Kita akan mempertanyakan banyak hal, cemas, dan bahkan berkeinginan menyelamatkan Dina dan Laura saking gemasnya ingin kabur dari tempat persembunyian itu. Situasi gawat yang dialami Dina dan Laura ini kian terbangun oleh resep klasik film thriller: musik dan lagu yang mendebarkan, mesin mobil yang mendadak saja ngadat tak bisa dinyalakan, lolongan anjing, pemeran antagonis yang semaput tapi akhirnya balik menyerang, hingga peranti rumahan yang berfungsi ganda sebagai senjata dadakan. Setelah menonton Paranoia, kita bisa jadi bergidik ataupun getir bila melihat ketel dan linggis kuning di depan mata. 

Baca: Film Pilihan Tempo Hadir Kembali, Ini Nominasinya

ISMA SAVITRI

Iklan




Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.




Video Pilihan


5 Hal tentang Transformers: Rise of the Beasts, Efek Visual hingga Elemen Serial

3 jam lalu

Transformers: Rise of the Beasts. Foto: Twitter.
5 Hal tentang Transformers: Rise of the Beasts, Efek Visual hingga Elemen Serial

Transformers: Rise of the Beasts film sekuel ketujuh dari seri Transformers


Sinopsis Film Kutukan Sembilan Setan, Tayang di Bioskop 8 Juni 2023

1 hari lalu

Film Kutukan Sembilan Setan berasal dari kisah nyata di Gunung Bromo
Sinopsis Film Kutukan Sembilan Setan, Tayang di Bioskop 8 Juni 2023

Proyek ini dirancang setelah mendengar kisah nyata Very Barus bersama tiga temannya yang mengalami sendiri kejadian-kejadian aneh dan menyeramkan saat melaksanakan traveling dan naik ke puncak Gunung Bromo


Sikap Waspada Berlebihan, Apa Itu Hypervigilance?

1 hari lalu

Ilustrasi wanita cemas. Freepik.com/Wayhomestudio
Sikap Waspada Berlebihan, Apa Itu Hypervigilance?

Hypervigilance cara otak melindungi tubuh dari bahaya, tapi bertindak seolah-olah selalu ada ancaman di sekitarnya


Urutan Nonton Film Transformers dari Awal Hingga Film Terbarunya

5 hari lalu

Transformers: Rise of the Beasts. Foto: Twitter.
Urutan Nonton Film Transformers dari Awal Hingga Film Terbarunya

Transformers merupakan film dari Marvel yang memiliki cukup banyak sekuel film, agar tidak bingung berikut urutan menonton filmnya.


Pemeran Doctor Strange Diteror Tak Bisa Apa-apa, Ini Filmografi Benedict Cumberbatch

6 hari lalu

Benedict Cumberbatch dalam film Doctor Strange in the Multiverse of Madness. Foto: Instagram/@doctorstrangeofficial
Pemeran Doctor Strange Diteror Tak Bisa Apa-apa, Ini Filmografi Benedict Cumberbatch

Musibah dialami pemeran Doctor Strange, Benedict Cumberbatch dan keluarganya. Mereka diteror seseorang akhir bulan lalu.


Mengenang Marilyn Monroe Aktris Hollywood Terkenal Sepanjang Masa

6 hari lalu

Dokter Marilyn Monroe mengatakan bahwa bintang tahun 1950-an tersebut memiliki masalah emosional dan perubahan suasana hati yang drastis. Monroe dikabarkan mengalami depresi berat dan gangguan bipolar, yang ditandai perilaku sering meledak saat marah serta bertindak agresif. Wikipedia
Mengenang Marilyn Monroe Aktris Hollywood Terkenal Sepanjang Masa

Marilyn Monroe salah satu aktris paling kondang di Amerika Serikat yang sampai sekarang namanya masih dibicarakan


Kesibukan Hyomin T-ara Selain Rapper, Apa Saja?

7 hari lalu

Hyomin T-ara. Foto: Instagram/@hyominnn
Kesibukan Hyomin T-ara Selain Rapper, Apa Saja?

Hyomin T-ara juga pernah berperan dalam film dan drama


6 Film Kartun Zaman Dulu yang Menemani Masa Kecil Generasi 90an

9 hari lalu

Poster serial live action One Piece. Dok. Netflix
6 Film Kartun Zaman Dulu yang Menemani Masa Kecil Generasi 90an

Sejumlah kartun masa kecil dari Jepang hingga Amerika Serikat masih patut diacungi jempol. Nostalgia kartun-kartun zaman dulu berikut ini.


Diminta Tampil Tanpa Busana, Aktor Film 'Romeo and Juliet' Layangkan Gugatan

9 hari lalu

Ilustrasi Bioskop. shutterstock.com
Diminta Tampil Tanpa Busana, Aktor Film 'Romeo and Juliet' Layangkan Gugatan

Gugatan dua aktor dalam film 'Romeo and Juliet' melayangkan gugatan karena diminta tampil tanpa busana dalam sebuah adegan. Gugatan mereka kalah.


Tina Turner Pernah Adu Akting dengan Mel Gibson di Mad Max, Ini Fim Lain Queen Rock and Roll

11 hari lalu

Tina Turner tampil selama konser tur
Tina Turner Pernah Adu Akting dengan Mel Gibson di Mad Max, Ini Fim Lain Queen Rock and Roll

Tina Turner meninggal di usia 83 tahun. Ia bukan hanya penyanyi, tapi juga aktor. Pernah adu akting dengan Mel Gibson di Mad Max.