TEMPO.CO, Yogyakarta - Festival film tahunan, Jogja-NETPAC Asian Film Festival atau JAFF kembali digelar pada 25-29 November 2020 secara daring dan luring. Berbeda dari tahun sebelumnya, JAFF akan menyajikan program film yang ditayangkan secara serentak di 15 kota seluruh Indonesia. Selain itu, pengalihan program non-pemutaran akan disajikan secara daring.
Perayaan JAFF 15 mengusung tema Kinetik merujuk pada gerakan-gerakan yang berasosiasi dengan kekuatan maupun energi. Hal ini mencerminkan gerak tumbuh JAFF sebagai festival dalam usahanya mempenetrasi sinema Asia Pasifik di tengah keadaan yang terus berubah.
“Di tengah situasi pandemi, Kinetik menggarisbawahi pentingnya merawat gerak sinema Asia. Masyarakat bersama JAFF 15 dapat terlibat aktif bagi mereka yang paling membutuhkan bantuan di tengah krisis," kata Budi Irawanto , presiden JAFF dalam siaran pers yang diterima Tempo, Sabtu, 21 November 2020.
JAFF 15 hadir meretas tantangan di masa yang serba sulit. Kelahiran JAFF pada 2006 bersamaan terjadinya gempa bumi Yogyakarta. Pada saat itu, JAFF menjadi medium pertemuan antara sineas dan masyarakat yang turut memberikan hiburan dan harapan atas keterpurukan menghadapi bencana melalui sajian sinema-sinema Asia.
Iring-iringan prajurit yang mengawal para juri serta penyelenggara JAFF 2019 saat pembukaan di Empire XXI Yogyakarta, Selasa 19 November 2019. TEMPO | Pribadi Wicaksono
“Festival film bukan hanya berarti sebagai perayaan. Tetapi sudah seharusnya menjadi energi di tengah sebuah krisis. Di era pandemi seperti ini justru JAFF harus diselenggarakan untuk menumbuhkan semangat perfilman Indonesia”, ujar Ifa Isfansyah, Direktur Festival JAFF 15.
Penyelenggaraan festival tahun ini justru menghasilkan gagasan-gagasan baru secara teknis maupun sajian programnya. “JAFF yang berakar pada komunitas film, tahun ini menjadi spesial karena berlangsung di 15 kota dan bekerjasama dengan 15 komunitas film serta mempunyai program online untuk memberikan kesempatan agar bisa dinikmati penonton di Indonesia”, ujarnya.
Perjumpaan JAFF 15 disambut dengan film Mekong 2030 (2020); sebuah film antologi berisi lima film naratif pendek yang mengisahkan bagaimana masa depan Sungai Mekong dari lima perspektif nasional dan budaya yang berbeda. Berlatar pada 2030, film yang disutradarai oleh lima sineas Asia Tenggara ini mengajak kita untuk secara aktif melindungi sumber air yang memiliki fungsi kritis dalam kehidupan.
Selain Mekong 2030 (2020), JAFF 15 akan menayangkan film-film lain dari seluruh Asia Pasifik. “Seperti yang sudah-sudah, JAFF selalu memilih film-film yang memiliki daya tarik dalam konteks isu, sosial, ekonomi, dan budaya dari berbagai negara Asia," kata Ifa. Film-film yang ditayangkan memiliki bentuk beraneka macam, mulai dari fiksi, dokumenter, hingga hybrid.