TEMPO.CO, Jakarta - David Bowie berpulang sepekan lalu. Mirror menyebut jasad ikon rock itu dikremasi tanpa kehadiran keluarga, tak lama setelah kematiannya. Abu jasad Bowie disimpan secara rahasia untuk menghindari pemujaan berlebihan dari publik. Ini merupakan keinginan Bowie sebelum kematiannya. Semasa hidup, Bowie memang dikenal amat menjaga kehidupan pribadi dan privasinya.
Bowie juga dikenal sebagai spiritualis yang tertarik dengan ajaran Buddha. Dia sempat pergi ke Tibet pada 1967. Namun Dalai Lama berkata padanya, “Kamu tak ingin menjadi penganut Buddha. Kamu harus mengikuti musik.” Dua tahun kemudian, single Space Oddity masuk lima besar tangga lagu di Inggris.
David Bowie lebih dari lima kali mengunjungi Indonesia. Dia berkawan dekat dengan musikus Setiawan Djody. Dibantu Djody, dia pernah bermalam di Candi Borobudur. ”Saya waktu itu minta izin ke Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Budiardjo agar David bisa bermalam di lantai tertinggi yang dipenuhi stupa. Beliau memperbolehkan. Saya tak harus melapor lagi ke sejumlah institusi. Saya, David, dan Iman (istri Bowie) pergi saat magrib,” kata Djody kepada Tempo, belum lama ini.
Di puncak Borobudur itu, menurut Djody, mereka berbicara tentang kehidupan sejak malam hingga fajar menyingsing. Saat itu, menurut Djody, Bowie telah mengalami gangguan kesehatan.
Lazarus adalah single terakhir yang dibuat Bowie sebelum berpulang, sekaligus nama teater musikal yang ditulisnya sendiri, diambil dari nama tokoh Alkitab yang bangkit dari kematian. ”David percaya ada kehidupan setelah kematian,” ujar Djody.
David Bowie meninggal dunia pada Ahad, 10 Januari 2016, dua hari setelah ulang tahunnya yang ke-69. Dalam 18 bulan terakhir, dia terus berkarya sembari berjuang menghadapi kanker liver. Ia meninggalkan seorang istri, Iman Abdulmajid, 60 tahun, putri seorang diplomat Somalia, serta dua anak: Duncan Jones (44), putra dari pernikahan dengan Angie Barnett, dan Alexandria Zahra Jones (15).
ARSIP TEMPO | ANDRA