TEMPO.CO, Jakarta - Film Another Trip to the Moon ini menjadi rekomendasi tontotan Jumat, 26 Juni 2015 malam ini di Kineforum Jakarta. Film berdurasi 80 menit garapan sutradara Ismail Basbeth ini tampil tanpa dialog.
Lewat simbol yang ditampilkan, film ini tampil berbeda dari film kebanyakan yang seringkali mendikte penonton lewat jalan ceritanya.
Seperti kebebasan yang diperoleh Asa pada akhir cerita, sebebas itu pula penonton dapat mengintepretasikan setiap adegan dan simbol yang ada dalam film tersebut.
Bahkan, jika penonton menintepretasikan bahwa kehidupan Asa dan Laras dalam hutan adalah pasangan sesama jenis, Basbeth membebaskannya. "Justru di situlah kesuksesan film ini. Jika Anda bisa mengintepretasikan apa yang ada dalam film, maka film saya sukses, kata Ismail Basbeth.
Film yang tayang pertama kali di ajang bergengsi Hivos Tiger Awards di International Film Festival Rotterdam 2015 ini, berkisah tentang perjalanan magis dan sureal dari Asa.
Asa adalah anak seorang dukun, yang berhadapan dengan ibunya sendiri yang berjuang untuk hidupnya dan kebebasannya sendiri. Asa memilih menyingkir dari kehidupan modern di perkotaan, untuk tinggal dan hidup menyatu dengan alam di hutan bersama Laras.
Puncaknya, saat suatu kali Laras mati tersambar petir. Asa lalu menguburnya, namun tidak lama UFO membawa tubuh Laras.
Bagi Asa dunia tampak palsu ketika hidup di hutan sendiri tanpa penyelaras, yakni Laras. Ikan yang biasa menjadi target buruannya, berubah menjadi ikan plastik. Begitu pula kelinci hidup berubah menjadi mainan robot kelinci.
Lalu datanglah Manusia Anjing (Cornelia Sunny) yang datang menjemput Asa. Di bagian lain seorang dukun, yang tidak lain adalah Ibu Asa, terus membaca mantra secara lirih. Keinginannya satu, membawa Asa pula ke kota lewat Manusia Anjing yang dikirimnya.
Hingga akhirnya Manusia Anjing menuntun Asa pulang. Mereka lalu dinikahkan. Tak lama, sang ibu meninggal dunia dan Asa menjadi penerusnya.
Seperti kehidupan seusai pernikahan pada umumnya, Asa melahirkan anak perempuan. Berjalan waktu, Asa tidak betah tinggal di kota dan memutuskan kembali ke hutan. Di sana, ia menemukan kembali penyelaras hidupnya untuk menyatu dengan alam. Laras kembali.