Peserta lain yang turut membahasakan kerinduannya melalui puisi adalah Fathul Rahman. Dokter yang kini bertugas di Kabupaten Enrekang ini mengaku Malam Sureq adalah sebuah pengingat untuk menulis puisi. Dia pun membacakan puisinya, Insomnia dan Hanya bila Kau Bertanya.
Kerinduan pada puisi juga dirasakan Syahrir Al-Ghifary, mahasiswa Pascasarjana Universitas Hasanuddin. Ia mengaku sangat merindukan Malam Sureq ini. “Saya diam-diam dan benar-benar merindukan. Ini menghilangkan kepenatan saya saat menyusun tesis,” ujar penikmat sastra yang mengidolakan Joko Pinurbo itu. “Dia realistis dalam karyanya.”
Al-Fian Dippahatang, yang bertindak sebagai moderator, kembali memanggil Arif Rahman. Arif melanjutkan beberapa bait syair Bosi Timurung yang sempat terpenggal. “Nakana pole mangapai anre anjaya kutabattu nabuntuli barang nakana riak tekneku ri lino,” (Mengapa akhirat ini tidak juga datang menemuiku, semoga ada kedamaian untukku di dunia).
Arif membacakan puisi-puisi pendek yang ditulisnya dalam Twitter. Tentang Paganrang—pemain gendang—dan Narasi Basah, serta Rindu Tak Kan Purnama. “Jadi biarlah ini jadi rindu yang sabit, saja.”
REZKI ALVIONITASARI
Berita lain:
Artis DPR Dilarang Show: Nurul Tegas, Desy Ngeles
Politikus PDIP Tak Khawatir Prabowo 'Curi' Jokowi
Kalla Minta Smelter Freeport Dibangun di Papua