“Demikianlah, pantang pisang berbuah dua kali/Kau mesti pulang kembali/biarkan saya dalam keadaan begini,” kata Bombom dengan suara lantang. Sebuah potongan percakapan Zainuddin dengan Hayati dalam adegan film Tenggelamnya Kapal Van der Wijck, yang justru membuat pendengar terkekeh karena celetukan Bombom. “Saya berusaha memilih puisi yang tidak mainstream saat tampil di Malam Sureq,” kata kepada Tempo.
Sabtu malam itu, peserta bergantian membacakan puisi. Pembaca serasa melepaskan kerinduannya terhadap sesuatu. Tema “Ada yang Diam-diam Merindukanmu” tampaknya bertolak belakang, karena justru menjadi ajang membahasakan kerinduan secara terang-terangan melalui puisi.
Misalnya, Andi Aisyah Rani M, mahasiswa Sekolah Tinggi Manajemen dan Informatika Komputer Dipanegara, yang membacakan puisi berjudul Tentang Perjalanan dan Rindu. Puisi ini mengenai seseorang yang terlintas saat dia dalam perjalanan menuju Kota Parepare. Tak hanya membaca satu puisi, Aisyah juga membaca karya peserta Malam Sureq, Azura Azalea, yang berjudul Ujung Kembara.
Para penggerak Malam Sureq juga tak mau ketinggalan mengungkapkan kerinduannya. Ibe S. Palogai menulis puisi kepada perempuan yang dia kagumi, merangkainya dalam bentuk Mitos Kotak-kotak. Adapun Faisal Oddang membaca puisi karangannya, Obituari Ingatan dan Perihal Perempuan-perempuan Penyeduh Kopi. Kemudian, Fuad Hasan sengaja menulis puisi Rindu yang Diam-diam.