TEMPO.CO, Jakarta - Slank (Baca: Ini 5 Sosok Penting Slank) memang sebuah fenomena. Selama tiga dekade, perjalanan kariernya tak hanya diwarnai kesuksesan, tetapi juga godaan narkoba hingga ancaman perpecahan dan gonta-ganti personel. Senin, 2 Desember 2013, Slank konser di Stadion Kridosono, Yogyakarta. Konser ini digelar oleh D'Impresario dan disponsori oleh Koran Tempo.
"Gue alami semua hal indah, enggak enak terjerat narkoba, tapi yang paling sedih berganti personel atau kehilangan teman yang keluar. Ya enggak bisa dilarang juga itu perjalanan yang harus dihadapi. Sekarang hubungan ke semua mantan personel yang pernah bergabung di Slank baik kok," kata Bimbim saat ditemui di markas Slank, Jalan Potlot, (Baca:Potlot, Saksi Sejarah Lahirnya Mahakarya Slank) Duren Tiga, Jakarta Selatan pada Kamis, 21 November 2013.
Bimbim menuturkan, saat berdiri, grup ini semula merupakan kumpulan anak-anak SMA Perguruan Cikini, Jakarta. Bimo Setiawan alias Bimbim (drum), Boy (gitar), Kiki (gitar), Abi (bas), Uti (vokal), dan Well Welly (vokal) bermusik karena menaruh minat terhadap karya-karya Rolling Stones. Pada Desember 1983 mereka mendirikan Cikini Stones Complex (CSC) yang merupakan cikal bakal Slank.
Formasi pertama Slank adalah Erwan (vokal), Bongky (gitar), Denny (bas), Kiki (keyboard), dan Bimbim (drum). Dengan formasi ini, mereka sempat tampil di beberapa pentas dan membawakan lagu-lagu sendiri, hingga akhirnya Erwan memutuskan mundur karena merasa tidak punya harapan di Slank. Selanjutnya Parlin Burman (Pay) dan Akhadi Wira Satriaji (Kaka) bergabung dengan Slank. Kemudian, masuklah Indra Chandra Setiadi (Indra) sehingga melahirkan formasi baru Slank yaitu Bimbim (drum), Bongky (bas), Pay (gitar), Kaka (vokal), dan Indra (keyboard).
Dengan formasi ini, Slank merilis album pertamanya yaitu Suit... Suit... He... He... (Gadis Sexy) tahun 1990. Namun pada 1996 formasi band berubah lagi setelah Bongky, Pay, dan Indra keluar atau mengundurkan diri. Alasan ketiga orang itu: tidak tahan dengan perilaku Bimbim dan Kaka yang saat itu mulai terbuai narkoba jenis putaw dan kondisi kedua orang itu yang sangat memprihatinkan.
"Gue enggak bisa larang mereka bertiga keluar. Jujur sebuah kebodohan yang enggak gue dan Kaka mengerti tapi inilah perjalanan, harus kehilangan mereka," kata Bimbim. (Baca: Kiat Cerdas Slank Redam Emosi Penonton)
Tanda perpecahan sebenarnya sudah terlihat saat pembuatan album keempat, Generasi Biru, tahun 1995. Di album ini ada salah satu lagu berjudul Pisah Saja Dulu yang sangat kental menandakan perpisahan anggota band ini. Saat itu, Bimbim bahkan berniat membubarkan Slank. Namun sebuah surat yang ditulis dengan darah oleh seorang Slanker membuat Bimbim mengurungkan niatnya.
"Kebayang seram juga dapat surat dengan isi menyeramkan. Si Slanker ini bersumpah akan membunuh Bimbim apabila drumer dan pendiri Slank ini serius dan benar-benar melaksanakan niatnya membubarkan Slank," kata Bimbim dengan bergidik ngeri.
Akhirnya tahun 1996 saat Slank menggarap album Lagi Sedih, Bongky, Pay, dan Indra keluar. Kemudian Kaka dan Bimbim, dalam kondisi masih terjerat narkoba, menggarap album keenam dengan bantuan additional player. Di sinilah Reynold masuk untuk mengisi posisi gitar dan Ivan yang waktu itu sering nongkrong di Potlot ikut membantu dalam mengerjakan proyek album keenam Slank di masa transisi.
Album Lagi Sedih yang dirilis Februari 1996 dengan single Koepoe Liarkoe dan Tong Kosong membuktikan Slank masih bisa bertahan. Pada akhirnya, tawaran manggung pun berdatangan. Namun saat tur tinggal menyisakan beberapa kota, Reynold menyatakan ingin keluar dari Slank. Alasan Reynold saat itu juga tak kuat karena kondisi Bimbim dan Kaka yang masih terjerumus narkoba. "Gue dan Bimbim sempat membujuk untuk menunda pengunduran diri Reynold, tapi ya sudah kita jalan terus," kata Kaka ikut menimpali.