TEMPO.CO, Yogyakarta - Kerumunan penonton kirab kereta pernikahan putri keempat Sultan Hamengku Buwono X, Gusti Kanjeng Ratu Hayu, ternyata lebih rapi ketimbang saat kirab kereta pernikahan putri bungsu Sultan, GKR Bendara, pada 2011 lalu. Jumlah polisi yang bersiaga di tepi jalan lebih banyak ketimbang 2011 lalu.
Berdasarkan pantauan Tempo, kerumunan masyarakat yang berdiri di tepi jalan yang dilalui kirab 12 kereta keraton lebih tertata. Selain polisi yang mengenakan rompi warna hijau terang, pengamanan penonton juga dibantu kelompok Paksi Katon.
Mereka membuat pagar betis dengan berdiri di depan kerumuman penonton saat kereta lewat, sehingga masih ada jarak antara penonton dengan kereta. Selain itu, mobil patroli polisi juga di tempatkan di tengah jalan untuk membuka jalan. Dampaknya, 12 kereta yang kali pertama keluar dari Keben, Keraton Yogyakarta, sekitar pukul 09.00 WIB berakhir sekitar pukul 10.00 WIB.
Berbeda dengan kirab kereta dhaup ageng pada 2011, kerumunan masyarakat hingga memenuhi tengah jalan karena minimnya tenaga pengamanan. Bahkan sejumlah kendaraan roda empat dari arah alun-alun utara sempat dibiarkan melaju menuju Jalan Senopati atau Kantor Pos Besar sehingga sejalur dengan jalan yang dilalui kereta.
Akibatnya, kereta berjalan lambat dan beberapa kali berhenti karena terhambat kerumunan. Warga yang menonton pun susah bergerak di tempatnya berdiri.
Baca Juga:
Hanya saja, Kepala Kepolisian Daerah DIY Brigadir Jenderal Polisi Haka Astana menolak untuk membeberkan berapa jumlah personel polisi yang dikerahkan. Secukupnya,” kata Haka singkat.
PITO AGUSTIN RUDIANA
Berita Terpopuler:
Vicky Prasetyo Senang Bisa Meng-Islam-kan Corrien
Wah, Wali Kota Airin Dalam Incaran KPK
Uang Rp 2,7 Miliar Bukti Suap Baru Akil Mochtar
Kasus Pelecehan Seksual di SMP 4 karena Kepolosan
Marzuki Alie: Ada Duit Suap ke Kongres Demokrat