TEMPO.CO, Jakarta - Film tak hanya sekadar hiburan. Namun dari film banyak pelajaran yang dapat kita petik untuk menjalani kehidupan. Mungkin hal tersebutlah yang membuat Rudi Soedjarwo, sutradara yang dinilai ikut menandai bangkitnya industri perfilman Indonesia, memilih tema sosial.
"Untuk menghasilkan film yang bagus, kita harus menyajikan setiap peristiwa yang juga bisa dirasakan oleh setiap penonton. Jika film hanya menampilkan gambar yang bagus namun penonton tidak merasakan apapun saat menontonnya, itu yang bahaya," kata Rudi saat ditemui di pemutaran perdana film 23:59 Sebelum Mati di Kuningan, Jakarta, Selasa, 8 Oktober 2013.
Masalah sosial, kata Rudi tidak sesulit yang dibayangkan orang lain jika diangkat ke film. "Mengangkat peristiwa yang kita alami saja, namun dikemas dengan segar dan menarik serta diperankan oleh pemain yang berkarakter. Film itu tidak harus selalu menyajikan hal yang lebay," kata sutradara Liar dan 40 Hari Bangkitnya Pocong ini.
Menurutnya, dialog yang ada di dalam film merupakan bentuk komunikasi dengan penonton. Rudi juga menjelaskan bahwa dalam mengkomunikasikan pesan-pesan yang akan disampaikan ke penonton, harus melalui pemain yang bisa mencerminkan karakter tersebut.
"Yang salah itu selama ini kita sibuk bercerita dan melupakan karakter. Padahal yang menjalani cerita tersebut adalah karakternya. Di Hollywood cerita itu bisa simple banget, tapi kita peduli sama karakternya. Ini yang lagi berusaha kita bangun," katanya.
ANINDYA LEGIA PUTRI
Berita Lain