TEMPO.CO, Yogyakarta - Musikus Katon Bagaskara mengaku merasa pesimistis dengan gembar-gembor anti-pembajakan yang sampai saat ini masih berlangsung dengan alasan untuk melindungi hak cipta musikus.
“Percuma saja kita selama ini teriak sana-sini anti-pembajakan kalau hukumnya masih tidak tegas dan iklim politiknya masih diselimuti kriminal,” kata vokalis Kla Project itu seusai menggelar konser mini di Taman Budaya Yogyakarta, Minggu malam, 8 April 2012.
Pesimisme Katon pada kampanye anti-pembajakan itu salah satunya berangkat dari pengalaman pribadi saat Kla Project merilis album ke-10 mereka, Exellentia, akhir tahun 2010 silam.
Suami dari bintang film Ira Wibowo ini menceritakan dirinya menghabiskan uang sebesar Rp 500 juta untuk pembuatan dua video klip dari album tersebut. Bukannya laris, Katon malah rugi karena hasilnya tidak terlihat sama sekali.
“Album itu habis dibajak. Kalau enggak balik modal, kan sayang. Dengan uang segitu, bisa dibuat sepuluh warung lesehan,” kata dia.
Katon menilai kampanye anti-pembajakan sebenarnya mudah dilakukan. Yang paling penting, kunci dari pemerintah yang serius ingin memberantasnya lalu melibatkan seniman atau musikus serta masyarakat.
“Jadi, kalau sekarang ditanya, ‘kapan buat lagu atau album lagi?’, saya mikir dulu,” kata dia.
Agar tidak 'dijebloskan' lagi oleh pembajakan, Katon memilih konser kecil dari panggung ke panggung. Jika pun dia berkarya dan menghasilkan lagu, pelantun lagu Yogyakarta ini lebih memilih mengunduhnya secara gratis sebelum diproduksi dan dijadikan sebuah album.
PRIBADI WICAKSONO