Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Pameran Bersama Contemporary Archeology  

image-gnews
Iklan
TEMPO Interaktif, Jakarta - SIGIarts Gallery, Jakarta, menggelar pameran bersama pematung bertajuk "Contemporary Archeology Chapter Two" mulai hari ini hingga 27 Maret nanti. Pameran ini menampilkan karya para seniman patung muda Indonesia. Mereka, antara lain, Dita Gambiro, Faisal Reza, Hary Mahardika, Itsnataini Rahmadillah,Rangga Aditya, Rini Maulina, Risa Astrini, dan Teguh Agus Priyatno.

Tak berbeda jauh dengan pameran Contemporary Archeology pertama, pameran "Contemporary Archeology Chapter Two" ini juga dominan menampilkan karya-karya objek. Hal itu tak lepas dari pengertian istilah arkeologi, yaitu disiplin yang berupaya memahami sejarah manusia dan masyarakat masa lalu melalui analisis terhadap benda-benda atau artefak buatan manusia. Arkeologi terutama terfokus pada masyarakat prasejarah, di mana tak tersedia catatan tertulis bagi para sejarawan untuk memahami masyarakat bersangkutan. Arkeologi secara etimologis memang berarti "sejarah kuno", dari "masa lalu". Karena itu istilah contemporary archeology terdengar paradoks, yaitu arkeologi yang merujuk pada masyarakat masa kini.

Dalam catatan kuratorialnya, Asmudjo Jono Irianto, menulis bahwa karya seni sebagai obyek (estetik) juga bisa ditempatkan sebagai konstruk visual untuk memahami masyarakat pembentuknya. Karya-karya seni rupa kontemporer memang dipercaya merefleksikan situasi dan kondisi kebudayaan kontemporer. Karena itu karya seni dianggap bernilai karena konten representasinya. Dengan kata lain karya seni berharga karena potensinya sebagai "penanda" bagi persoalan yang diperkarakan oleh seniman.

Menurut Asmudjo, pameran "Contemporary Archeology" hendak menunjukkan bagaimana para seniman mempersoalkan keberadaan dan peranan benda-benda (obyek) dalam kebudayaan kontemporer. Itu sebabnya kebanyakan karya-karya yang ditampilkan dalam pameran ini masuk dalam kategori "obyek" atau lebih lengkapnya object sculpture. Kategori object sculpture bisa dikatakan tidak menjadi bagian dari rute perkembangan seni patung. Secara kronologis perkembangan seni patung modern Barat meliputi patung figuratif, abstrak formalis dan biomorfis, instalasi, seni lingkungan, dan site specific.

Jelas kiranya bahwa istilah obyek sebagai kecenderungan seni rupa berbeda dengan pengertian obyek dalam pengertian umum yang dapat merujuk pada segala macam benda. Tentu saja ada kaitan di antara keduanya, setidaknya karya-karya object sculpture memang mengacu dan merepresentasikan keberadaan obyek atau benda-benda di sekitar manusia.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Asmudjo menulis, kecenderungan object sculpture memang sedikit banyak dipengaruhi oleh perkembangan contemporary craft yang menjauhi aspek-aspek fungsi namun tetap mempertahankan kapasitas skill menangani material tertentu. Contemporary craft memang berorientasi pada seni dan kerap disebut craft-art. Namun keistimewaan karya-karya obyek tentu tak sekadar menunjukkan jejak proses pengerjaan/pembuatan dan skill menangani material tertentu, namun pada relasi antara idea dan realisasinya.

Hal itu ditunjukkan dalam pameran ini, yaitu adanya sikap kritis terhadap kebudayaan benda (material culture) yang memicu gagasan seni dan kemampuan mengeksekusinya. Karya-karya para seniman dalam pameran ini karenanya tak hanya membangkitkan sensasi perseptual (kepuasan estetik) namun juga membangkitkan kadar konseptual dan intelektual pemirsanya. "Itu yang menyebabkan karya-karya mereka bukan sekadar obyek, tetapi obyek seni," tulis Asmudjo dalam catatn kuratorialnya.

Kalim/Pelbagai Sumber

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

33 hari lalu

Pameran Voice Against Reason. Foto: Museum Macam.
Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

Pameran seni rupa ini diikuti perupa dari Australia, Bangladesh, India, Jepang, Singapura, Taiwan, Thailand, Vietnam, dan Indonesia.


Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

40 hari lalu

Pameran seni rupa Islami berjudul Bulan Terbit  sejak 15 Maret hingga 14 April 2024 di Grey Art Gallery Bandung. (Dok.Grey)
Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

Pameran seni rupa Islami ini menampilkan 85 karya 75 seniman yang membawa kesadaran bagaimana memaknai nilai-nilai Islam.


Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

16 Oktober 2023

Karya instalasi buatan Michelle Jovita berjudul Massa Manusa. (Dok.pameran).
Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

Gen Z menggelar pameran seni rupa yang berisi karya digital art, seni instalasi, gambar atau drawing, lukisan, seni grafis, patung, juga performance


Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

23 September 2023

Pameran Lengan Terkembang: Ruas Lintas - Abilitas di Bale Tonggoh Selasar Sunaryo Art Space Bandung melibatkan belasan peserta seniman difabel.  Foto: TEMPO| ANWAR SISWADI.
Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

Program itu dilatari oleh kenyataan bahwa pameran seni rupa di Indonesia selama ini belum menjadi ruang khalayak yang inklusif.


Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

19 September 2023

Pameran Artsiafrica#2 di Galeri Pusat Kebudayaan Bandung berlangsung 16 - 30 September 2023. Foto: Dok.Galeri.
Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

Pameran seni rupa bertajuk Artsiafrica menampilkan sosok warga Asia dan Afrika lewat muka hingga balutan budayanya di negara masing-masing.


Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

4 September 2023

Pameran kelompok Ambari di Galeri Orbital Dago Bandung hingga 17 September 2023. (TEMPO/ANWAR SISWADI)
Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

Karya yang ditampilkan 9 anggota dari kelompok Ambari dalam pameran Prismeu adalah perwujudan dari benda atau alam sekitar yang nyata di keseharian.


Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

20 Agustus 2023

Lukisan karya Iwan Suastika berjudul Beauty in a Chaotic Rhythm. Dok. D Gallerie
Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

Pameran tunggal Iwan Suastika diharapkan dapat membangun diskusi bersama tentang nilai-nilai kemanusiaan dengan perubahan alam.


Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

19 Juni 2023

Karya Dionisius Caraka berjudul Tumbukan Lato-lato di Galeri Ruang Dini Bandung. TEMPO/ANWAR SISWADI
Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

Pameran Seni Rupa yang berlangsung di Galeri Ruang Dini, Bandung itu banyak menggunakan media papan kayu.


Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

21 Mei 2023

Karya Isa Perkasa berjudul Masker 2024. (Dok.Pribadi)
Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

Ada cara yang dinyatakan oleh para seniman dalam pameran seni rupa ini, seperti mengenali ulang apa yang terlihat sebagai realitas keseharian.


Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

7 April 2023

(kiri ke kanan) Hilmar Faris, Claire Siregar, Sylvia Siregar pada acara pembukaan Bianglala Seribu Imajinasi, di Bentara Budaya Jakarta, Jakarta Pusat, pada Rabu, 5 April 2023. Foto: TEMPO | Gabriella Amanda.
Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

Imajinasi unik dan berbeda yang dimiliki penyandang autisme ini terlihat dari karya mereka yang memiliki makna sudut pandang sendiri.