Beberapa saat kemudian, jari-jari mereka tampak lincah menari-nari menekan tuts laptopnya. Dan suara gamelan serta tetabuhan kendang terdengar mengalun ritmis seiring ketukan jari mereka di atas tuts laptop. Dua pelajar putri terlihat menari mengikuti irama gamelan dan kendang.
Ya, para siswa itu tengah memainkan Gamelan IT, seperangkat gamelan yang memanfaatkan teknologi komputer, dengan laptop mereka masing-masing. 12 macam suara gamelan – dari demung slendro, kempul dan gong slendro, peking slendro, kethuk kempyang slendro, bonang barung slendro, bonang penerus slendro, saron slendro, kenong slendro, hingga slenthem slendro – dimainkan melalui laptop. Hanya kendang yang dimainkan secara manual.
“Untuk memainkan alat musik tradisional warisan budaya bangsa tidak harus dengan peralatan aslinya,” kata Gangsar Wahyudi, guru kesenian SMP 1 Lumajang. Gamelan IT, lanjut Gangsar, mengatasi kendala tempat dan rumitnya seperangkat gamelan. “Bisa dibawa kemana-mana lagi.”
Gamelan IT tersebut diklaim sebagai seperangkat gamelan digital yang baru pertama kali dimainkan oleh pelajar setingkat SMP di Indonesia. Gamelan itu sempat mereka mainkan di ajang Science Camp di Surabaya, awal Januari lalu. Sejauh ini, Tim IT SMP 1 Lumajang memang baru mendigitalisasi suara gamelan. Ke depannya, mereka berencana untuk mendigitalisasi suara kendang yang saat ini masih dimainkan secara manual.
Ide Gamelan IT ini bermula dari keterbatasan peralatan yang dimiliki sekolah di tengah tuntutan mengenalkan pelajar terhadap warisan budaya bangsa berupa musik gamelan. “Gamelan yang kami miliki dipinjam dinas pendidikan dan tidak kembali,” ujar Gangsar.
Karena itu, Kepala Sekolah SMP 1 Lumajang kemudian menantang para guru, terutama guru kesenian, untuk memainkan gamelan tanpa bergantung pada alat aslinya. “Tim IT SMP 1 Lumajang kemudian menggagas Gamelan IT ini,” Gangsar menjelaskan.
Dalam proses digitalisasi gamelaan ini, beragam kendala dihadapi oleh Tim TI SMP 1 Lumajang. Karena itu, finalisasinya juga menyisakan berbagai kelemahan. “Perekaman tidak dilakukan di ruang kedap suara. Sehingga suara lain di luar gamelan ikut terekam,” kata Koordinator Tim TI SMP 1 Lumajang, Subagyono.
Hasil rekaman gamelan, Subagyono menambahkan, kemudian dimasukkan dalam piranti lunak audio. Setelah itu, di-setting dan disesuaikan dengan desibel. Ada proses melokalisasi kebisingan. Proses ini diikuti dengan visualisasi gamelan. “Gambar gamelan diedit dan dimasukkan dalam program animasi,” katanya. “Kendala lain dalam memainkan Gamelan IT ini adalah penyesuaian antara laptop satu dengan lainnya.”
Menurut Gangsar, sudah sekitar sepuluh bulan terakhir Gamelan IT, yang dikembangkan di sekolah menengah tersebut, mulai dimainkan para pelajar. “Ya, setidaknya pelajar tidak melupakan musik tradisional ini,” katanya.
Bahkan, pihak sekolah mulai mengembangkan ide mereka mengkolaborasikan Gamelan IT ini dengan tari, waranggono, sinden, serta wayang IT. “Animasi wayang juga mulai kami garap,” ujarnya.
DAVID PRIYASIDHARTA