Kepala Satuan Reserse Ajun Komisaris Didit Prihantoro mengatakan, panitia pertunjukan telah mengabaikan peringatan polisi dan Jasa Tirta yang meminta tidak melakukan kegiatan di tepi sungai, karena tingginya curah hujan yang berpotensi meningkatkan debit air Sungai Brantas dalam beberapa hari terakhir. “Pertunjukan itu sangat berbahaya,” kata Didit kepada Tempo, Jumat (10/12).
Pembongkaran panggung terbuka ini dilakukan polisi siang tadi. Panita mendirikan panggung besar itu tepat di bantaran sungai yang membentuk pulau. Sebelumnya kawasan ini kerap menjadi lokasi pertunjukan rakyat karena tempatnya yang lapang.
Pertunjukan tersebut dianggap berbahaya oleh kepolisian karena berbatasan langsung dengan sungai. Tak tanggung-tanggung, kedalaman sungai di bibir bantaran mencapai 20 meter lebih. Bahkan, dasar bantaran yang terbentuk dari endapan sungai sangat labil dan keropos sebagai dampak dari penambangan pasir yang banyak ditemukan di sekitar lokasi. “Kalau ambrol, langsung jatuh ke dasar sungai,” kata Didit.
Ketua DK3, Jamran, mengatakan, panggung tersebut rencananya untuk menampilkan sejumlah pertunjukan, seperti parade musik, pertunjukan kesenian tradisional jemblung, pameran karya seni dan kuliner. Festival Kali Brantas ini diselenggarakan setiap tahun oleh DK3. “Kami terpaksa memindah panggung sesuai arahan polisi,” kata Jamran.
Panggung tersebut lalu dipindahkan ke bundaran Sekartaji, yang menjadi pusat pertunjukan. Tidak jauh dari tempat itu berjajar pula tenda-tenda pameran di pinggir jalan. Rencananya Festival Kali Brantas III ini akan dimulai hari ini hingga 12 Desember mendatang.
Kepala Bagian Operasional Polresta Kediri, Komisaris Sudarto, mengaku telah mendapat keluhan dari masyarakat terkait kegiatan itu, sebab panitia menutup hampir seluruh badan jalan dengan panggung dan pagar besi. Padahal, di jalur tersebut terdapat banyak kantor dan pusat keramaian. “Janjinya hanya separuh jalan,” kata Sudarto mengeluh.
Hari Tri Wasono