Boediono mengaku perkembangan kereta cepat ini sangat pesat. Boediono sudah dua kali naik angkutan ini saat sebelum dia belum jadi wakil presiden. "Noromi ini generasi terakhir dengan kecepatan sampai 250 kilometer," ujarnya.
Karena itu, Boediono merasa nyaman naik kereta Shinkazen. Bahkan, Boediono tidak merasakan goncangan yang di kereta ini. "Apa relnya tidak ada sambungannya," ujarnya.
Kemarin, Boediono juga sempat mengunjungi terowongan jalan yang menghubungkan tol. Terowongan ini dibuat untuk mengurangi kemacetan dan pertumbuhan kendaraan pribadi yang pesat di Jepang.
Tapi, kata Boediono, meski macet, Jakarta belum perlu mengadopsi terowongan yang ada di Jepang karena Jakarta masih terbuka membangun jalan ke atas. Sedangkan, Jepang jalannya sudah bertumpuk-tumpuk sehingga salah satu peluangnya tinggal membangun ke bawah. "Jakarta masih ada ruang ke atas, sedangkan ke bawah biayanya sangat mahal," ujarnya.
EKO ARI WIBOWO