Eat Pray Love
Sutradara: Ryan Murphy
Skenario: Jennifer Salt, Ryan Murphy
Pemain: Julia Roberts, Javier Bardem, James Franco, Billy Crudup, Christine Hakim, Hadi Subiyanto
Suatu hari di sebuah kedai, seorang tua yang cerewet terus menumpahkan kata-kata. “Salahnya bahwa kau orang Amerika. Kalian tahu bagaimana membuat hiburan, tapi tak paham caranya bersenang-senang,” katanya. Liz--sapaan novelis Elizabeth Gilbert (diperankan Julia Roberts)--yang berada di kedai itu pun langsung tertohok. Namun ia tertawa karena lontaran orang tua itu benar adanya.
Sebagai perempuan, Elizabeth Gilbert, wartawan dan novelis New York, Amerika Serikat, hidupnya boleh dibilang mendekati sempurna. Liz hampir memiliki segalanya. Pekerjaan yang bagus, apartemen yang nyaman, dan suami yang tampan. Namun ternyata kehidupan rumah tangganya tak memberikan kedamaian dalam hidupnya. Dan akhirnya berujung pada sebuah perceraian.
Dalam film terbaru yang dibintangi Julia Roberts, Eat Pray Love, diceritakan Liz akhirnya memutuskan mencari “kedamaian” dengan mengembara ke tiga negara. Liz--yang merasa kehidupannya hambar--memilih Italia untuk memenuhi kesenangan duniawinya, lalu India untuk kebutuhan spiritualnya, dan pengembaraannya berakhir di Indonesia (tepatnya di Pulau Dewata, Bali).
Sepanjang pengembaraan, Liz banyak bertemu dengan orang baru yang menginspirasi hidupnya. Ia bersua dengan seorang gadis dan belajar bahasa serta gestur tubuh orang Italia, makan semua makanan lezat, serta membiarkan dirinya membeli celana jins yang lebih besar karena bobotnya sudah bertambah beberapa kilogram. Selama di Italia, kamera seolah royal membidik sudut-sudut eksotisme negeri itu. Bagian ini merupakan penggambaran sisi kepribadian Liz yang ingin bebas tanpa beban.
Esoknya, ia sudah mendarat di India untuk “pesantren kilat” di padepokan Gurugita, sebuah pusat meditasi yang digandrungi para bule. Wisata visual yang menyenangkan di Italia seperti terjun bebas saat kamera membidik kejelataan rakyat India. Boleh dibilang babak ini tak terlalu memiliki gereget jika dibanding cerita seru Liz asli yang pernah diulas dalam Oprah Winfrey Show pada 2008.
Setelah sekian bulan tak berkomunikasi, Liz baru menyapa mantan suaminya saat di India. Di sini, sutradara Ryan Murphy seolah kembali mencemplungkan Liz dalam ingatan manis plus getir cintanya. Saat menghadiri pernikahan Tulis, gadis India berusia 17 tahun yang nasibnya bak Siti Nurbaya, ia kembali teringat akan pernikahannya dulu. Pergolakan batinnya memuncak.
Setelah lebih dari separuh perjalanan film, akhirnya Liz menuju Bali. Ia memenuhi undangan Ketut Liyer (Hadi Subiyanto) setahun lalu, untuk kembali lagi ke pemondokannya. Di sini, posisi Ketut tampak “abu-abu”. Bukan pemuka agama, tapi pandai meramal. Dengan giginya yang ompong, dan bahasa Inggrisnya yang kaku, adegan Ketut selalu mengundang gelak tawa.
Arah film dalam babak terakhir mulai terlihat saat Liz bertemu dengan duda pengusaha asal Brasil, Felipe (Javier Bardem). Lewat sebuah tabrakan kecil, adegan ini mengantarkan kemunculan aktris senior Christine Hakim yang ditunggu pemirsa Indonesia. Ia berperan sebagai Wayan, ahli pengobatan tradisional yang mengobati luka di kaki Liz. Di babak ini, pesona pedalaman Bali dibidik jitu oleh sinematografer Robert Richardson, yang menyuguhkan eksotisme pemandangan sawah terasering, pasar seni Ubud, Gianyar, dan pantai yang sepi.
Dalam film, kisah pahit Liz sebenarnya tak digambarkan dengan baik sehingga mungkin muncul dalam benak penonton, “Separah itukah kasusnya sampai harus begini?” Bahkan jika dibandingkan, kisah Liz tampak begitu cetek ketimbang Wayan, yang terpaksa menjual seluruh harta miliknya untuk memenangkan hak asuh anaknya, setelah ia diberi tanda luka di pelipis karena hantaman helm motor. “Saat itu anakku Tuti baru berusia empat tahun, dan langsung meminta aku bercerai dengan ayahnya,” kata Wayan mengenang.
AGUSLIA HIDAYAH