Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Merayakan Keberagaman Cerita  

image-gnews
Suad Amiry. (Foto: Johannes P. Christo)
Suad Amiry. (Foto: Johannes P. Christo)
Iklan
TEMPO InteraktifUbud - Poesy Swift, 13 tahun, yang jujur dan baik dan Tilly Sweetrick, 15 tahun, si pembuat onar, terseret dalam petualangan menegangkan. Keduanya adalah bagian dari rombongan pertunjukan keliling Opera Company dari Australia yang melakukan perjalanan sampai ke India. Bermimpi dapat melihat Amerika Serikat, mereka justru terjebak dalam kapal sempit yang sempat singgah di Surabaya, Batavia, Kuala Lumpur sebelum sampai di Madras, India.

 

Di kota yang kini bernama Chennai itu, mereka dipaksa bekerja keras menghibur orang-orang Inggris yang haus akan hiburan. Menyanyi dan menari dan bermain drama dalam pengawasan yang ketat dari pemimpin rombongan. Sementara di sekitar mereka terjadi bencana epidemi korea. Kisah pun kemudian bergulir dengan aksi pemogokan yang menghantar mereka kepada sidang pengadilan Tinggi di Madras.

 

Kedua tokoh dalam novel India Dark yang diluncurkan di perhelatan Ubud Writers & Readers Festival 2010, selanjutnya disingkat UWRF, itu adalah fiksi belaka. Tetapi pengarangnya Kristy Murray berangkat dari sebuah fakta tersembunyi selama sekitar dua abad tentang nasib anak-anak pada rombongan kesenian dari negaranya yang berlayar hingga ke India pada akhir 1909.

 

Ia pertama kali mendapatkan cerita itu ketika sedang melakukan penelitian mengenai teater anak-anak untuk mengembangkan karakter tokoh dalam bukunya Children of The Wind. Saat bertemu dengan Peter Freund, seorang sejarawan teater di Ballarat, dia disodori sebuah esai berjudul Children Half Price – An account of the demise of Pollard’s Lilliputian Opera Company. "Dia menantang saya untuk membuat cerita mengenai anak-anak itu,” kata wanita kelahiran Melbourne, Australia, 21 November 1960.

 

Tapi baru pada 2006, Kristy benar-benar tergoda oleh tawaran itu. Setelah membaca ulang ia memutuskan untuk melakukan riset mendalam. Ia mulai dengan membuka dokumen sejarah di Perpustakaan Negara Bagian Victoria. Di situ dia mendapatkan fakta yang mengejutkan bahwa rombongan kesenian anak-anak adalah hal yang biasa sejak 1800-an. Mereka memenuhi kebutuhan para pejabat daerah koloni akan hiburan yang berbau Eropa.

 

Setelah itu, ia mengunjungi semua kota yang disinggahi oleh rombongan itu termasuk Surabaya dan Jakarta, meski kota itu hanya satu malam disinggahi Lilliputian Opera. Menariknya, untuk mendapat gambaran utuh mengenai kota itu, ia menjadikan karya-karya Pramoedya Ananta Toer dalam tetralogi Buru sebagai acuan. “Sekarang saya menjadi penggemar fanatik Pram,” ujarnya. Pram, menurut dia, berhasil menggambarkan keberadaan kota-kota itu di masa kolonial.

 

Kota yang tak ketinggalan didalaminya tentu saja adalah Chennai. Dibantu oleh sejawaran lokal

S. Muthiah, ia berhasil mendatangi semua situs penting yang menunjukkan keberadaan pertunjukan anak-anak. Kristy bahkan berhasil mengakses catatan pengadilan asli di Pengadilan Tinggi Madras.

 

Buku lain yang tak kalah menarik dari ajang UWRF adalah karya novelis Palestina Suad Amiry, Nothing to Lose But Your Life. Buku ini bercerita mengenai kehidupan nyata tokoh bernama Murad, seorang pemuda yang ditemuinya sebagai penggarap taman di rumahnya. Dari Murad, Suad Amiry memperoleh cerita mengenai nasib para pekerja Palestina di Israel.

 

Amiry lalu nekat mencoba untuk mengikuti perjalanan para pekerja yang seluruhnya laki-laki. Di situ dia yang menyamar sebagai seorang pria merasakan ketatnya penjagaan di pos-pos polisi Israel yang jumlahnya mencapai ratusan. Dari desa Murad ke kawasan industri Petah Tikva di Israel, yang jaraknya hanya sekitar 35 kilometer dan sebenarnya hanya butuh waktu sekitar 20 menit dengan menggunakan bus, mereka harus menempuhnya selama 18 jam.

 

Pengalaman paling mengesankan adalah ketika sebuah jip tentara Israel mengejar mereka. Setelah sempat bersembunyi, akhirnya mereka memutuskan untuk menerobos masuk ke perbatasan. Murad menyatakan, jip itu pun akhirnya tidak akan mampu mengangkut mereka semua. Akhirnya, dari 24 orang yang nekat yang menerobos ada juga empat orang yang lolos termasuk Amiry. “Itu benar-benar menegangkan,” kata Amiry yang sejatinya berprofesi sebagai seorang arsitek itu.

 

Bagi Amiry, bukunya itu sebenarnya merupakan kelanjutan dari upayanya untuk melihat konflik Israel dan Palestina sebagai masalah sehari-hari. Bagaimana orang-orang kecil harus menanggung risiko atas perang yang tak berkesudahan. Dia juga melihat, betapa para pekerja Palestina sangat menikmatinya hari-harinya saat bekerja di Israel . Dia menegaskan, konflik sejatinya tidak boleh dilihat di tataran politik dan agama karena bisa jadi bertentangan dengan kenyataan sehari-hari.

 

Amiry membantah keras anggapan umum, termasuk dari muslim di Indonesia, bahwa konflik Israel dan Palestina adalah pertentangan antara Islam dan Yahudi. Menurut dia, akar masalahnya adalah perampasan tanah oleh Israel. “ Agama Yahudi mungkin menjadi korban karena digunakan untuk melabeli kepentigan itu,” ujarnya. Sebagai warga Palestina, dia menolak mengulangi kesalahan Israel yang menunggangi agama untuk kepentingan politik.

 

Begirulah. Ada pula buku yang menarik dan kontroversial karya Ali Eteraz: Children of Dust. Dalam buku itu Eteraz menceritakan dirinya sendiri yang lahir dari keluarga muslim Pakistan. Setelah menjalani kehidupan kanak-kanak di madrasah yang sangat ketat, ia kemudian tumbuh dan dibesarkan di Amerika Serikat seiring dengan kepindahan keluarganya ke Negeri Abang Sam.

 

Pada 1999, ia kembali ke Pakistan untuk bertemu teman-temannya, serta harapan akan mendapatkan identitas dirinya. Namun yang ditemuinya kemudian adalah anak-anak muda yang penuh dengan kemarahan dan retorika militan khas kaum Taliban. “Saya pun kemudian dicurigai sebagai agen CIA,” ujarnya mengenai pengalaman yang paling unik di buku itu.

 

Eteraz akhirnya kembali ke Amerika dengan gambaran yang hancur mengenai kampung halamannya. Kini dia terus mencari jalan tengah untuk menemukan Islam, tapi sekaligus identitasnya sebagai seorang Amerika.

 

 

ROFIQI HASAN

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Akademisi Dorong Metode Nikson Nababan Bangun Desa Diterapkan Nasional

9 hari lalu

Akademisi Dorong Metode Nikson Nababan Bangun Desa Diterapkan Nasional

Nikson Nababan menggunakan model NIKSON (needs, innovation, knowledge, synergy, operation and norm) dalam perencanaan pembangunan daerah berbasis data presisi.


Buku Awan Merah: Cerita Colombus hingga Cyrus Habib dalam Refleksi Rohaniwan

28 September 2023

Suasana peluncuran Buku Awan Merah: Catatan Sepanjang Jalan di Yogyakarta Selasa, 26 September 2023. TEMPO/Pribadi Wicaksono
Buku Awan Merah: Cerita Colombus hingga Cyrus Habib dalam Refleksi Rohaniwan

Rohaniwan yang juga pengajar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Baskara T. Wardaya menulis buku bertajuk Awan Merah: Catatan Sepanjang Jalan.


Konsisten Berkarya, Komunitas Saya Belajar Hidup Meluncuran Buku ke-12 di Yogyakarta

11 Juni 2023

Peluncuran buku #sayabelajarhidup karya S. Dian Andryanto di Ace Ambarrukmo Plaza Yogyakarta, Sabtu, 10 Juni 2023. Foto: Eko Rini
Konsisten Berkarya, Komunitas Saya Belajar Hidup Meluncuran Buku ke-12 di Yogyakarta

Komunitas Saya Belajar Hidup konsisten berkarya dan menerbitkan buku. Komunitas menulis ini sudah berjalan selama 8 tahun dan menerbitkan 12 buku


Hari Pendidikan Nasional, BRIN dan Sultanate Institute Luncurkan Buku

2 Mei 2023

Merayakan Hari Pendidikan Nasional 2023, BRIN bekerja sama dengan Sultanate Institute mengadakan webinar dan peluncuran buku 'Keajaiban Negeri Emas Zabaj - Indonesia dalam catatan dunia Islam masa Abbasiyah'. (Tangkapan layar)
Hari Pendidikan Nasional, BRIN dan Sultanate Institute Luncurkan Buku

Buku Keajaiban Negeri Emas Zabaj menjelaskan tentang kawasan Asia Tenggara dari sudut pandang pelayar abad 9 dan 10.


Jelang HUT ke-68, SYL Luncurkan Dua Buku

16 Maret 2023

Jelang HUT ke-68, SYL Luncurkan Dua Buku

Dua buku perjalanan tersebut berujudul "The SYL Way: The Miracle of Hardworking" dan "The SYL Way: I Love My Job".


NU Cabang Tiongkok Luncurkan Buku, Tekankan Pentingnya Santri Belajar ke Cina

7 Februari 2023

Pengurus Cabang Istimewa NU Tiongkok meluncurkan buku bertajuk Santri Indonesia di Tiongkok di UIN Sunan Ampel, Surabaya, Senin, 6 Februari 2022. Foto: Istimewa
NU Cabang Tiongkok Luncurkan Buku, Tekankan Pentingnya Santri Belajar ke Cina

Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Tiongkok meluncurkan buku bertajuk "Santri Indonesia di Tiongkok"


Wartawan Senior Tempo Arif Zulkifli Luncurkan Buku Jurnalisme di Luar Algoritma

28 Januari 2023

Wartawan senior Tempo Arif Zulkifli melakukan peluncuran buku berjudul Jurnalisme di Luar Algoritma, berlangsung di Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat pada Sabtu, 28 Januari 2023. TEMPO/Tika Ayu
Wartawan Senior Tempo Arif Zulkifli Luncurkan Buku Jurnalisme di Luar Algoritma

Buku itu dibuat, kata wartawan Tempo Arif Zulkifli, untuk mencoba memberikan insight dalam pemberitaan berbentuk reportase.


Rilis Buku Baru, Bamsoet Hargai Pentingnya Pertemanan

10 September 2022

Ketua MPR Bambang Soesatyo merilis buku terbarunya,
Rilis Buku Baru, Bamsoet Hargai Pentingnya Pertemanan

Pertemanan dan membina jaringan menjadi kunci penting dalam perjalanan karier Bambang Soesatyo.


Ketua MPR RI Apresiasi Terbitnya Buku 'NKRI Harga Mati'

24 Agustus 2022

Ketua MPR RI Apresiasi Terbitnya Buku 'NKRI Harga Mati'

Merujuk aspek yuridis, gagasan negara kesatuan merupakan pengejawantahan rumusan sila ketiga Pancasila, yaitu Persatuan Indonesia


Peluncuran Buku 'Anies Baswedan: Gagasan, Narasi, dan Karya', Penulis: Dia Pemimpin Otentik

15 Juli 2022

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan usai meresmikan Perpustakaan Jakarta dan Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin di kawasan Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, pada Kamis, 7 Juli 2022. TEMPO/Moh Khory Alfarizi
Peluncuran Buku 'Anies Baswedan: Gagasan, Narasi, dan Karya', Penulis: Dia Pemimpin Otentik

Anies Baswedan disebut sebagai pemimpin otentik dalam peluncuran buku 'Anies Baswedan: Gagasan, Narasi, dan Karya'.