Itulah formasi teranyar dari musisi Iwan Hasan, yang tampil dalam konser musik jazz bulanan di Teater Salihara, Pasar Minggu, Jakarta, Sabtu malam pekan lalu. Jazz Kamar – demikian nama kelompok musik itu – beranggotakan Iwan Hasan (komposer dan gitaris), Mery Kasiman (piano), Enggar Widodo (tuba), dan Andien (vokal). Mereka diperkuat dengan lima pemain saksofon.
Selama ini Iwan Hasan lebih dikenal sebagai pentolan grup musik rock progresif, Discus. Tapi malam itu, Iwan – yang tampil bersetelan jas hijau mentereng – menyuguhkan reportoar jazz standar yang diaransemen dengan formasi gitar-piano-tuba-vokal, tanpa drum. Posisi tuba menjadi pengganti unsur bass dalam jazz, yang biasanya diperankan oleh bas gitar atau kontrabas.
Iwan, yang juga dikenal kerap mengaransemen orkestra untuk musik pop dan rock – sengaja memilih tuba untuk fungsi bass karena gaya aransemen musik ensambelnya cenderung berformat musik kamar. Dan sebagai improvisasi, Iwan juga menyelipkan warna musik seriosa di dalamnya.
Malam itu, Jazz Kamar yang dinakhodai Iwan memainkan sekitar 13 nomor lagu. Meski terdengar santai dan beberapa nomor terasa renyah oleh kuping awam, nyatanya komposisi musik yang mereka sajikan tergolong tak mudah.
Kehadiran Andien, biduanita jazz muda, mungkin yang membuat gaya bermusik Iwan dan kawan-kawan terasa renyah. Andien, yang dalam beberapa tahun belakangan acap berkolaborasi dengan band Discus-nya Iwan Hasan, tampil begitu memikat. Salah satu tembang yang dibawakan Andien, For This Love, adalah nomor milik Discus yang menjadi kesayangannya.
Ya, Andien dan Iwan boleh dibilang menjadi bintang panggung malam itu. Tapi permainan tuba Enggar Widodo juga tak kalah memukaunya. Dalam sesi “unjuk gigi” Enggar – salah satu pendiri Pitoelas Big Band – menyuguhkan permainan tuba dengan gaya yang unik.
Pertama, alat musik tiup besar itu masih komplit dan melodi tetap mengalun. Namun beberapa menit kemudian ia melepas rangka tube menjadi tiga bagian. Musik terus masih mengalun lancar, hingga yang tersisa tinggal mulut yang bergetar, menyerupai suara tuba. Dan tak berselang lama, Enggar kembali memasang rangkaian tuba-nya dengan tanpa menghentikan permainan musiknya. Saat itulah tempik riuh para penonton pun menggemuruh.
Setelah Enggar, Iwan kembali menunjukkan kebolehannya. Kali ini ia menyuguhkan tembang Jawa Cublak-cublak Suweng dengan intro yang lumayan rumit. Untuk nada-nada gamelan, Iwan memetik satu dari empat gitar yang sudah disetel dengan string bersuara melengking. Gitar itu dinamainya “Prepared Guitar”, gitar akustik yang diberi stapler kertas pada dawainya sehingga bunyinya mirip gamelan.
Dan aksi Iwan kian dahsyat ketika membawakan nomor Static Motion. Ia menyuguhkan kepiawaiannya mencabik gitar-harpa. Badan inti gitar dibuat seperti lazimnya gitar biasa, namun untuk nada atas dan bawah ditambahkan dengan senar harpa. Gitar ini terdiri dari tujuh senar bas harpa, enam senar gitar biasa, dan delapan string harpa. “Gitar ini hanya ada satu di Indonesia, dan kedua di Asia,” kata Iwan. Selain dia, ada orang berkebangsaan Jepang yang memiliki gitar tersebut. “Gitar ini diproduksi di Amerika,” Iwan menjelaskan.
AGUSLIA HIDAYAH