Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Elegi Babu-babu Hong Kong  

image-gnews
Adegan Film Minggu Pagi di Victoria Park (Foto-foto:Sony Seniawan)
Adegan Film Minggu Pagi di Victoria Park (Foto-foto:Sony Seniawan)
Iklan

TEMPO Interaktif, “Memangnya jadi TKW itu cita-citamu? Mentang-mentang disebut pahlawan devisa, kamu mau negara menghargaimu, ya?” Ucapan yang terlontar dari mulut Mayang (Lola Amaria) segera menghardik mimpi kawan satu asramanya itu. Pandangan Mayang itu terdengar miris, meski ia sendiri adalah seorang tenaga kerja wanita yang siap diberangkatkan ke Hong Kong.

Anak sulung pasangan Sukardi dan Lastri ini berasal dari desa yang dikelilingi kebun tebu, di Gempol, Jawa Timur. Menjadi TKW jelas bukanlah cita-cita Mayang. Namun, apa boleh buat, sang bapak memaksanya terbang ke Hong Kong. Misi utamanya bukan jadi babu, melainkan menyusul adiknya bernama Sekar (Titi Sjuman), yang sudah lebih dulu jadi TKW tapi belakangan tak ada kabar. Padahal masa kontrak kerjanya telah habis, tapi Sekar tak kunjung pulang.

Tiga bulan sudah Mayang mengabdi kepada majikan Chow dan mengasuh anak tunggal mereka bernama Sie Jun. Namun kabar tentang Sekar tak kunjung terembus. Hingga ia berkenalan dengan Gandhi (Donny Damara), penyuluh TKW yang bekerja di konsulat, dan Vincent (Donny Alamsyah), sahabat Gandhi yang bekerja sebagai pegawai pengiriman barang. Pencarian Mayang di Hong Kong ini terekam dalam sebuah film baru karya sutradara perempuan Lola Amaria berjudul Minggu Pagi di Victoria Park.

Inilah film yang betul-betul bertolak dari riset serius pernik-pernik kehidupan TKW kita di Hong Kong. Apa yang ada dalam film ini bukan gambaran yang dibuat-buat tentang kehidupan TKW, juga bukan gambaran klise.

Cerita pun bergulir. Sekar diketahui menjadi pekerja ilegal dan menumpang pada Yati, babu lesbian. Mereka tinggal di permukiman kumuh di pojok daerah Lion Rock Road, Kowloon. Sekar terlilit utang besar ke bank swasta yang berbunga mencekik. Nomor paspor Sekar ditahan sebagai jaminan, sehingga membuatnya susah bergerak, apalagi pulang kampung. Bermuaralah Sekar pada pekerjaan hina sebagai pelacur.

“Tapi jangan sampai orang tahu aku mbakyune Sekar,” hardik Mayang--dengan logat Jawa Timur--kepada Gandhi. Di balik pencarian itu, tersimpan kemelut dalam batin Mayang tentang adiknya. “Aku pun enggak tahu, apa sebenarnya aku ingin Sekar kembali apa tidak.” Sedari kecil, meski Mayang dan Sekar tumbuh bersama, mereka mendapat perlakuan berbeda dari ayah mereka. Sekar adalah anak emas Bapak dan Mayang dipandang sebelah mata.

Film kedua Lola ini betul-betul sangat berbeda dengan film pertamanya: Betina. Sementara Betina bertendensi surealis, film ini sangat realis. Lola memanfaatkan total seluruh sudut Hong Kong. Riset panjang yang dilakukannya bersama penulis skenario, Titien Wattimena, dan kru menjadikan film ini tampil seakurat mungkin.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tempat kongko para TKW di Warung Bude, persis di depan Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Leighton Road, ditetapkan sebagai salah satu latar syuting. “Di situ seperti Indonesia mini. Produk jualannya mayoritas dibawa langsung dari Indonesia,” ujar Lola. Papan-papan reklame lembaga finansial tempat TKW mengirim uang ke Indonesia pun menjadi latar. “Kirim uang ke Indonesia, bisa diambil pakai KTP”, tulisan pada salah satu papan reklame tersebut.

Padat dan berisi, penuh informasi yang dikemas dengan ide-ide baru yang belum tersentuh para sineas lokal sebelumnya. Gaya hidup modern TKW Indonesia tergambar jelas di sudut-sudut Taman Victoria. Jauh dari kampung halaman, kita melihat, mereka bebas bergaya metropolis, tapi tetap bangga dengan bahasa kampungnya yang medok.

Demi keakuratan, para pemain sampai diwajibkan kursus kilat bahasa Kanton. Dalam film, Titi tampak fasih berdialog Kanton. Salah satu aktingnya yang cemerlang adalah saat adegan di depan bar, ia memohon-mohon dalam bahasa Kanton kepada “si kokoh” pemilik bar agar diterima bekerja. Lola pun demikian, bekalnya bermain di film The Tour of Paradise, sebagai TKW juga, membuat dialog Kantonnya kian lancar.

Gaya bertutur Lola pun cukup rapi, ketika ia menjahit alur kisah dan menampilkan visualisasi serta artistik yang masuk akal. Lola terlihat ingin menampilkan keharuan--dan ia berhasil. Penonton bisa berkaca-kaca menyaksikan adegan bagaimana Sekar (Titi Sjuman) terpaksa menjadi pelacur dan salah satu TKW yang lesbian bunuh diri. Namun ada sedikit yang terlupa, tentang sebab utang yang melilit Sekar. Dugaan jawaban terkuat mungkin bisa ditarik: gajinya yang per bulan Rp 4 juta itu habis dikirim untuk bapaknya. Memang misi Lola di film ini adalah menyadarkan bahwa problem persoalan TKW ada di kampung. TKW adalah sapi perah keluarga.

Aguslia Hidayah


Judul: Minggu Pagi di Victoria Park
Genre: Drama
Sutradara: Lola Amaria
Pemain: Lola Amaria, Titi Sjuman, Donny Damara, Donny Alamsyah 

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Sinopsis The Fall Guy yang Dibintangi Ryan Gosling

1 hari lalu

Ryan Gosling dalam film The Fall Guy. Dok. Universal Pictures
Sinopsis The Fall Guy yang Dibintangi Ryan Gosling

The Fall Guy film aksi stuntman produksi Universal Pictures yang tayang di bioskop Indonesia, pada Rabu, 24 April 2024


Bamsoet Dukung FKPPI Produksi Film Anak Kolong

1 hari lalu

Bamsoet Dukung FKPPI Produksi Film Anak Kolong

Bambang Soesatyo mengungkapkan, keluarga besar FKPPI akan segera memproduksi atau syuting film "Anak Kolong".


Peluncuran Ulang Film The Beatles 'Let it Be' Didahului Perilisan Buku 'All You Need Is Love'

7 hari lalu

The Beatles. Foto: Instagram/@thebeatles
Peluncuran Ulang Film The Beatles 'Let it Be' Didahului Perilisan Buku 'All You Need Is Love'

Buku tentang The Beatles diluncurkan menjelang rilis ulang film Let It Be


Next Stop Paris, Film Romantis Hasil Kecanggihan AI

9 hari lalu

Cuplikan trailer Next Stop Paris, film hasil AI Generatif buatan TCL (Dok. Youtube)
Next Stop Paris, Film Romantis Hasil Kecanggihan AI

Produsen TV asal Cina, TCL, mengembangkan film romantis berbasis AI generatif.


7 Rekomendasi Film Fantasi yang Terinspirasi dari Cerita Legenda dan Dongeng

10 hari lalu

Poster film The Green Knight. Foto: Wikipedia.
7 Rekomendasi Film Fantasi yang Terinspirasi dari Cerita Legenda dan Dongeng

Film fantasi yang terinspirasi dari cerita legenda dan dongeng, ada The Green Knight.


8 Film Terbaik Sepanjang Masa Berdasarkan Rating IMDb

13 hari lalu

Mansion di film The Godfather (Paramount Picture)
8 Film Terbaik Sepanjang Masa Berdasarkan Rating IMDb

Untuk menemani liburan Idul Fitri, Anda bisa menonton deretan film terbaik sepanjang masa berdasarkan rating IMDb berikut ini.


Christian Bale Berperan dalam Film The Bride sebagai Monster Frankenstein

15 hari lalu

Aktor Christian Bale menghadiri pemutaran perdana film terbarunya, `Exodus:Gods and Kings` di Madrid, Spanyol, 4 Desember 2014. REUTERS
Christian Bale Berperan dalam Film The Bride sebagai Monster Frankenstein

Christian Bale menjadi monster Frankenstein dalam film The Bridge karya Maggie Gyllenhaal


7 Film yang Diperankan Nicholas Galitzine

16 hari lalu

Film The Idea of You. (dok. Prime Video)
7 Film yang Diperankan Nicholas Galitzine

Nicholas Galitzine adalah seorang aktor muda yang sedang melesat, Galitzine telah membuktikan dirinya sebagai salah satu bintang muda yang paling menjanjikan di industri hiburan.


Deretan Film yang Pernah Dibintangi Babe Cabita

17 hari lalu

Babe Cabita. Foto: Instagram/@noah_site
Deretan Film yang Pernah Dibintangi Babe Cabita

Selain terkenal sebagai komika, Babe Cabita juga pernah membintangi beberapa judul film, berikut di antaranya.


5 Fakta The First Omen, Lanjutan Film Horor Klasik Tahun 1976

18 hari lalu

The First Omen. Foto: Istimewa
5 Fakta The First Omen, Lanjutan Film Horor Klasik Tahun 1976

The First Omen adalah prekuel dari film horor supernatural klasik 1976 The Omen. The Omen mengungkap konspirasi setan yang melibatkan Pastor Brennan, Pastor Spiletto, dan Suster Teresa, yang rela mengorbankan nyawanya untuk melindungi Damien.