TEMPO.CO, Jakarta - Komika Pandji Pragiwaksono kembali menyampaikan kritiknya mengenai dinasti politik di Indonesia. Kali ini Pandji menilai, praktik ini berpotensi merusak semangat pendidikan masyarakat. Melalui sebuah video yang diunggah di YouTube Akbar Faizal Uncensored pada Senin, 12 Agustus 2024, Pandji secara blakblakan menyoroti dampak buruk dari maraknya dinasti politik yang melibatkan keluarga pemimpin negara.
Mantan penyiar radio di Hard Rock FM Bandung itu mengungkapkan kekhawatirannya. Menurut Pandji, penunjukan jabatan yang didasarkan pada hubungan keluarga akan membuat masyarakat menjadi enggan bersekolah. “Kalau yang membuat orang jadi punya posisi-posisi tertentu adalah karena dia anaknya siapa, percaya sama saya bang, tidak akan ada orang yang mau bersekolah," kata Pandji.
Kegusaran Pandji Pragiwaksono Soal Dinasti Politik
Dalam video berjudul Pandji Terang-terangan Gusar Politik Dinasti Jokowi. “Mereka Pikir Kita Bodoh?” itu, ia merinci, tujuan utama dari pendidikan dan penguasaan ilmu setinggi-tingginya akan hilang makna jika perjuangan akademik dan profesional selalu kalah oleh koneksi keluarga. "Buat apa sekolah, buat apa expertise, buat apa ilmu, buat apa gelar, buat apa perjuangan, buat apa riset, kalau pada akhirnya semua yang saya usahakan akan selalu kalah sama ordal (orang dalam)," ujar Pandji.
Menurut Pandji, situasi ini tak hanya terjadi di perusahaan keluarga yang memang terkesan ‘diwajarkan’ menerapkan sistem dinasti, tetapi juga terjadi di pemerintahan yang seharusnya berjalan berdasarkan meritokrasi, bukan koneksi keluarga. “Tapi pemerintah harusnya by merit. Harusnya kan dengan kemampuan," tuturnya menambahkan.
Dalam perbincangannya dengan Akbar Faizal, komika lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) itu juga secara khusus menyayangkan contoh yang diberikan oleh Presiden Joko Widodo dalam praktiknya menjalankan dinasti politik.
"Presiden Republik Indonesia saja membuat anaknya bisa menjadi wakil presiden. Kemudian anaknya satu lagi, baru tiga hari masuk partai sudah langsung jadi ketua umum partainya. Lalu, ada menantu jadi wali kota, kemudian pengen jadi gubernur," ujar Pandji.
Berpotensi Bunuh Semangat Bersekolah dan Kejar Cita-cita
Ia menyebutkan bahwa tindakan orang nomor satu di Indonesia itu berpotensi membunuh semangat masyarakat untuk bersekolah dan mengejar cita-cita. Pandji menekankan, “Masa tahun 2024, semangat orang bersekolah gugur dicontohkan sama Presiden Republik Indonesia sendiri? Ini kan mengkhawatirkan.”
Melansir Tempo edisi khusus 10 Tahun Jokowi Juli lalu, laporan tersebut turut mengupas deretan manuver Jokowi dalam menjaga dinasti politik keluarga sebelum lengser pada 20 Oktober mendatang.
Saat ini, putra sulung Jokowi yang merupakan eks Wali Kota Solo menjadi wakil presiden terpilih periode 2024-2029. Jabatan itu diperoleh berkat dukungan dari Anwar Usman, adik ipar Jokowi yang juga bekas Ketua Mahkamah Konstitusi (MK). Bahkan saat ini, Anwar masih menjabat sebagai Hakim MK.
Putra bungsu Jokowi, Kaesang Pangarep, juga didapuk sebagai Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) hanya dua hari usai mendapat kartu tanda anggota partai. Praktik dinasti politik ini juga melibatkan Bobby Nasution, menantu Jokowi yang kini menjabat sebagai Wali Kota Medan, serta sejumlah kerabat lainnya yang menjabat di berbagai posisi strategis, baik di sektor pemerintahan maupun BUMN.
YOUTUBE | FRANSISCA CHRISTY ROSANA turut berkontribusi dalam artikel ini.
Pilihan Editor: Pandji Pragiwaksono Trending Usai Tanggapi Pencalonan Marshel Widianto, Istrinya Malah Sebal