Kisah Ruby bisa dianggap menjadi refleksi juga bagi komunitas PSM UI Paragita yang tahun ini berusia 40 tahun. "Usia 40 tahun ini kan tidak singkat. Kami Paragita melewati berbagai tahapan di setiap masa. Dan hal itu menjadi bentuk pencarian jati diri kami sebagai komunitas hingga menjadi seperti ini," kata Produser Eksekutif Musikal Merantau Kartika RB.
Kisah merantau juga dianggap mirip dengan pengalaman para penyanyi di kelompok paduan suara ini. Saat menjadi mahasiswa dan awal bergabung dengan tim PSM UI Paragita, hampir semua penyanyi adalah anak perantauan dari berbagai daerah di Indonesia. "Sebagai anak rantau, latar belakang kami berbeda-beda. Namun kami bertemu di satu tempat dan akhirnya kami bertumbuh bersama di tempat baru itu," lanjut Kartika.
Musikal Merantau: Sebuah Kantata Perjalanan Kalibrasi Diri pada 2 Juni 2024 di TIM, Jakarta/PSM UI Paragita
Setelah melewati berbagai fase perjalanan organisasi selama 40 tahun, dan tentu saja melewati berbagai tahapan gejolak di organisasi, tibalah mereka dalam tahap penerimaan diri. "Kami akhirnya sudah sampai kepada self acceptance. Seperti ini lah kami," kata Kartika.
Principal Conductor PSM UI Paragita Aning Katamsi menambahkan bahwa di usia organisasi yang mencapai empat dekade ini, paduan suara mahasiswa tersebut telah melewati segala tantangan. "Meski begitu, ada satu yang tetap sama, kecintaan bernyanyi dalam sebuah paduan suara yang membuat saya bersama tim pelatih selama berpuluh tahun selalu semangat untuk terus berkembang bersama PSM UI Paragita," katanya.
Ia memaknai kata Merantau dalam Musikal Merantai sebagai kegiatan meninggalkan tempat seseorang berasal atau dilahirkan dan tumbuh besar ke suatu tempat untuk menjalani kehidupan baru. "Sangat sesuai dengan spirit Paragita sebagai sebuah transformasi menjadi Paragita yang baru tanpa melupakan identitas diri kita yang sesungguhnya,” katanya.
Musikal Merantau: Sebuah Kantata Perjalanan Kalibrasi Diri pada 2 Juni 2024 di TIM, Jakarta/PSM UI Paragita
Pertunjukan Musikal Merantau membawakan 12 karya musik yang dibagi dalam 2 babak pertunjukan. Lagu-lagu yang dipilih adalah lagu yang telah ditampilkan sepanjang perjalanan 40 tahun PSM UI Paragita. Ada lagu yang berbahasa daerah seperti ‘Dayuang Palinggam’ yang berasal dari Ranah Minang. Ada juga lagu berbahasa Indonesia, seperti lagu ‘Renungan’ karya Eros Djarot dan Doddy Soekasah dengan aransemen Bonar Sihombing. Lalu ada lagu berbahasa Inggris seperti ‘Signed, Sealed, Delivered I’m Yours’ karya Stevie Wonder, Syreeta Wright, Lee Garrett, dan Lula Mae Hardaway dengan aransemen Alan Billingsley.
Salah satu yang menarik perhatian Tempo adalah ketika kelompok ini menyanyikan lagu ‘Bahasa Kalbu’ karya Titi Dwi Jayati, Dorie Kalmas, dan Andi Rianto dengan aransemen Andriano Alvin Hartono. Ketika beberapa lagu yang dinyanyikan secara terpisah oleh penyanyi tim Para atau tim Gita, pada lagu yang pernah dipopulerkan Titi DJ ini kedua tim menyanyikannya bersama-sama. Jumlah penyanyi yang banyak membuat suara mereka pun cukup lantang memenuhi ruangan, sehingga membuat penonton cukup terbawa emosi.
Tidak hanya itu, dari belasan lagu yang ditampilkan, hanya lagu Bahasa Kalbu lah yang menambahkan bahasa isyarat dalam sebagian penampilannya. Tentu saja itu memberikan makna lebih kepada lagu yang memang sudah populer di kalangan masyarkat tersebut.
Pelatih, Penata Suara, sekaligus Komposer Lagu 'Merantau' Kristian Wirjadi mengatakan lagu Bahasa Kalbu memang menjadi puncak kisah perjalanan Ruby menelisik kehidupannya. Lagu ini pun bisa menjadi 'cermin' bagi PSM UI Paragita. "Sudah sampai mana nih perjalanan kami? Bahasa Kalbu yang kami tampilkan bukan bicara kepada kekasih yang dicintai, namun lebih ke berbicara pada diri sendiri," kata Kristian.
Musikal Merantau: Sebuah Kantata Perjalanan Kalibrasi Diri pada 2 Juni 2024 di TIM, Jakarta/PSM UI Paragita
Untuk menambah sensasi musikal kepada penonton, malam itu Kristian pun mengajak para penonton di Gedung Teater Besar Taman Ismail Marzuki (TIM) untuk ikut menyanyikan sepenggal lirik lagu terbarunya, Merantau. "Pahami, rasakan, nikmati Merantau. Pahami setiap rasa, giatkan Langkah dalam tanya. Nikmati perjalanan ini di setiap cerita kita Merantau," kata Kristian dibantu para penyanyi.
Dalam lirik itu Kristian mencoba untuk mengingatkan bahwa setiap orang tidak bisa menghapus masa lalu. Yang bisa dikendalikan oleh manusia hanya lah masa sekarang. Masa depan pun masih menjadi tanda tanya bagi setiap orang. "Kita perlu paham apa yang terjadi sebelumnya. Kalau sudah paham, kita akan lebih percaya diri menjalani hari ini. Walau sudah percaya diri pasti kita akan bertanya-tanya tentang masa depan. Namun walau penuh pertanyaan, penting untuk kita agar tetap melangkah dan menikmati perjalanan merantau kita, karena itu lah hidup," kata Kristian memberikan makna dalam lagunya itu.
Menyatukan akting dan menyanyi yang melibatkan sekitar 110an peserta pertunjukan tentu bukan hal yang mudah. Alur cerita yang matang hingga eksekusi lapangan yang sempurna sangat diperlukan untuk membuat penonton paham dengan maksud pagelaran itu. Musikal Merantau: Sebuah Kantata Perjalanan Kalibrasi Diri tidak banyak menampilkan dialog. Mereka lebih banyak menggunakan lagu dalam berkisah tentang perjalanan kehidupan Ruby. Namun yang mungkin sedikit membuat bingung penonton adalah lompatan waktu yang terkadang maju dan mundur dalam alur ceritanya. "Aku nggak akan paham kisah Ruby kalau aku nggak baca katalognya," kata salah satu penonton yang mengaku sempat bingung dengan alur maju mundur kisah Ruby itu.
Tentu sebuah langkah besar bagi PSM UI Paragita menyatukan seni paduan suara dan teater sekaligus. Kartika berharap di masa yang akan datang timnya terus menghasilkan karya yang lebih besar lagi. "Harapannya, kami bisa lebih berkontribusi pada paduan suara dan seni pertunjukan secara umum. Juga agar Paragita bisa berkembang lagi," kata Kartika.
Pilihan Editor: Paragita UI Ikut Ajang di Choir Festival Manila