Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Hari Film Nasional, Reza Rahadian Ingin FFI Jaga Marwah dan Netralitas

image-gnews
Hari Film Nasional diperingati setiap 30 Maret. Sosok Usmar Ismail, yang melahirkan karya-karya legendaris pada 1950-an hingga 1970-an, menjadi catatan penting dalam sejarah perfilman Indonesia. ISTIMEWA
Hari Film Nasional diperingati setiap 30 Maret. Sosok Usmar Ismail, yang melahirkan karya-karya legendaris pada 1950-an hingga 1970-an, menjadi catatan penting dalam sejarah perfilman Indonesia. ISTIMEWA
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Masyarakat film Indonesia hari ini merayakan Hari Film Nasional ke-74. Ketua Komite Festival Film Indonesia atau FFI Tahun 2021-2023 Reza Rahadian berharap siapa pun yang akan menggantikannya bisa membawa kebaikan bagi lembaga perfilman Indonesia itu.

"Saya berharap, siapa pun yang nantinya yang memimpin FFI bisa menjaga marwah dan FFI bisa netral, tidak ada kepentingan kelompok apa pun dan terbuka untuk siapa pun," kata Reza Rahadian saat ditemui di Rumah Produksi Come and See Pictures di kawasan Jakarta Selatan, Rabu, 27 Maret 2024.

Sejarah Hari Film Nasional 

Mengutip laman resmi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), peringatan Hari Film Nasional atau HFN diresmikan oleh B.J. Habibie pada 30 Maret 1999 melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 25 Tahun 1999 tentang Hari Film Nasional yang ditetapkan.

Dalam Keppres itu disebutkan pula bahwa peringatan Hari Film Nasional bukan hari libur nasional. HFN dicanangkan setiap 30 Maret, berangkat dari peristiwa yang terjadi 74 tahun lalu. Hari itu dimulainya pengambilan gambar film Darah dan Doa (1950) yang disutradarai Usmar Ismail.

Pada 11 Oktober 1962, konferensi Dewan Film Nasional dengan Organisasi Perfilman menetapkan 30 Maret menjadi Hari Film Nasional. Sejak saat itu, 30 Maret dianggap sebagai Hari Film Nasional. Usmar Ismail, seorang pendiri Perfini dan Djamaludin Malik pendiri Persari juga diangkat sebagai Bapak Perfilman Nasional.

Penetapan tanggal 30 Maret sebagai Hari Film Nasional bukanlah pilihan tunggal. 19 September juga pernah diusulkan lantaran merupakan tanggal peliputan Rapat Raksasa Lapangan Ikada Presiden Soekarno pada 1945. Keberanian juru kamera Berita Film Indonesia merekam peristiwa bersejarah itu sangat berbahaya sehingga patut dikenang.

Pada 1964 pegiat perfilman komunis juga pernah mengusulkan Hari Film Nasional didasarkan dari tanggal pendirian Panitia Aksi Pemboikotan Film Imperialis Amerika Serikat (PAPFIAS). Aksi tersebut berhasil menghentikan pemutaran film-film Amerika Serikat di Indonesia. Namun, setelah peristiwa Gerakan 30 September (G30SPKI) usulan tersebut lenyap.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pada 1980-an, ketika situasi politik dan kondisi perfilman telah stabil, gagasan mengenai Hari Film Nasional diangkat kembali. Dewan Film Nasional, kelompok pemikir Menteri Penerangan, kembali mewacanakan 30 Maret untuk dijadikan keputusan bersama. Tapi usaha tersebut kembali gagal karena PFN mengusulkan 19 September dan 6 Oktober.

Tanggal 6 Oktober merupakan tanggal penyerahan perusahaan Nippon Eiga Sha oleh penguasa Jepang kepada pemerintah Indonesia, yang kemudian menjadi BFI dan PFN. Usulan ini langsung ditolak, karena tidak mengandung idealisme atau nilai perjuangan.

Pada awal 1990 Dewan Film Nasional memutuskan menjaring pendapat soal Hari Film Nasional. Anggota DFN, Soemardjono, ditunjuk memimpin pertemuan sejumlah orang yang pernah terlibat dalam sejarah film di gedung Badan Sensor Film (BSF). Salah satu peserta pertemuan, Alwi Dahlan memberikan dasar pertimbangan yang akhirnya diterima. 

Menurutnya kedua tanggal itu penting, namun 19 September merupakan peristiwa jurnalistik. Sedangkan Hari Film Nasional adalah untuk memperingati pembuatan film cerita.

slot pulsa

Pilihan Editor: Hari Film Nasional, Prilly Latuconsina Punya Harapan Besar untuk Sineas Muda

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Penonton Siksa Kubur Salip Badarawuhi di Desa Penari, Manoj Punjabi: Kompetisi Makin Sehat

2 hari lalu

Poster film Siksa Kubur. Dok. Poplicist
Penonton Siksa Kubur Salip Badarawuhi di Desa Penari, Manoj Punjabi: Kompetisi Makin Sehat

Produser MD Entertainment Manoj Punjabi Badarawuhi di Desa Penari, mengucapkan selamat atas capaian Siksa Kubur.


FFI Pertimbangkan Penambahan Kategori Baru di Festival Tahun Depan

3 hari lalu

Ketua Bidang Penjurian FFI 2024-2026 Budi Irawanto. Foto: Instagram.
FFI Pertimbangkan Penambahan Kategori Baru di Festival Tahun Depan

FFI masih harus mendiskusikan hal tersebut sebagai kategori baru sehingga belum bisa ditambahkan pada FFI 2024.


Reza Rahadian Mengaku tertarik Perankan Leluhurnya, Siapa Thomas Matulessy?

9 hari lalu

Ketua Komite Festival Film Indonesia atau FFI 2021, Reza Rahadian saat menghadiri peluncuran FFI 2021 secara virtual pada Kamis, 15 Juli 2021. Dok. FFI 2021.
Reza Rahadian Mengaku tertarik Perankan Leluhurnya, Siapa Thomas Matulessy?

Dalam YouTube Reza Rahadian mengaku tertarik memerankan Thomas Matulessy jika ada yang menawarkan kepadanya dalam film. Apa hubungan dengannya?


Akting Apik Widuri Putri Sasono di Film Siksa Kubur, Ini Filmografinya

9 hari lalu

Widuri Putri/Foto: Doc. Poplicist
Akting Apik Widuri Putri Sasono di Film Siksa Kubur, Ini Filmografinya

Widuri Putri tunjukan akting apik dalam perannya sebagai Sita remaja di film Siksa Kubur besutan Sutradara Tanah Air Joko Anwar


Faradina Mufti dan Reza Rahadian Perankan Karakter Utama Sita dan Adil dalam Film Siksa Kubur

11 hari lalu

Film Siksa Kubur. Dok. Come and See Pictures
Faradina Mufti dan Reza Rahadian Perankan Karakter Utama Sita dan Adil dalam Film Siksa Kubur

Pemeran film Siksa Kubur, Reza Rahadian dan Faradina Mufti sebagai Adil dan Sita menjadi tokoh sentral film ini. Begini karakternya.


Film Siksa Kubur Vs Badarawuhi di Desa Penari, Siapa Jawara Jumlah Penonton Hari Pertama Tayang?

15 hari lalu

Film Siksa Kubur. Dok. Come and See Pictures
Film Siksa Kubur Vs Badarawuhi di Desa Penari, Siapa Jawara Jumlah Penonton Hari Pertama Tayang?

Bersaing tayang ketika libur Lebaran, film Siksa Kubur dan Badarawuhi di Desa Penari mendapatkan pencapaian luar biasa sejak hari pertama penayangan.


Fakta Menarik Film Siksa Kubur yang Tayang Sehari Usai Lebaran

16 hari lalu

Beberapa pemain film Siksa Kubur karya sutradara Joko Anwar: (kiri ke kanan) Reza Rahadian, Jajang C. Noer, Slamet Rahardjo, Christine Hakim, Arswendy Bening Swara. Dok. Come and See Pictures
Fakta Menarik Film Siksa Kubur yang Tayang Sehari Usai Lebaran

Film Siksa Kubur yang telah tayang di bioskop sehari setelah lebaran 2024 mempunyai sisi menarik di luar kamera. Mau tau?


Hari Pertama Film Siksa Kubur Tayang, Joko Anwar: Alhamdulillah Full House

17 hari lalu

Poster film Siksa Kubur. Dok. Poplicist
Hari Pertama Film Siksa Kubur Tayang, Joko Anwar: Alhamdulillah Full House

Sutradara Joko Anwar menunjukkan sejumlah studio bioskop yang terisi penuh oleh penonton di hari pertama Siksa Kubur tayang.


Ario Bayu Didapuk Jadi Ketua Komite FFI 2024-2026, Ini Film-Film yang Pernah Dibintanginya

23 hari lalu

Ario Bayu. TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo
Ario Bayu Didapuk Jadi Ketua Komite FFI 2024-2026, Ini Film-Film yang Pernah Dibintanginya

Ario Bayu ditetapkan menjadi Ketua FFI telah memerankan banyak karakter dari beragam film layar lebar. Berikut sebagian filmografinya.


Ario Bayu Ditetapkan sebagai Ketua Komite FFI 2024-2026 Gantikan Reza Rahadian, Ini Profilnya

23 hari lalu

Ario Bayu berperan sebagai Soeraja di serial Gadis Kretek. Foto: Dok. Netflix
Ario Bayu Ditetapkan sebagai Ketua Komite FFI 2024-2026 Gantikan Reza Rahadian, Ini Profilnya

Tidak lagi dijabat oleh Reza Rahadian, kini, Ketua Komite FFI selanjutnya dijabat aktor Ario Bayu. Begini profilnya.