Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

82 Tahun Goenawan Mohamad, Ini Sekilas Perjalanan Hidupnya

image-gnews
Sastrawan Goenawan Mohamad dalam acara peluncuran buku
Sastrawan Goenawan Mohamad dalam acara peluncuran buku "Membaca Goenawan Mohamad" di Komunitas Utan Kayu, Jakarta, Kamis, 29 Desember 2022. Komunitas Utan Kayu merilis buku berjudul Membaca Goenawan Mohamad sebagai salah satu wujud perayaan ulang tahun Goenawan Mohamad ke-80 di tahun 2021 lalu yang melibatkan beberapa penulis adalah Rizal Mallarangeng, Nirwan Dewanto, Ayu Utami, dan Ulil Abshar Abdalla. Editor buku tersebut, Ayu Utami, mengatakan Goenawan Mohamad atau yang akrab disapa GM memiliki sumbangsih besar pada dunia pemikiran, seni, jurnalistik, dan dinamika demokrasi di Indonesia. Namun, kajian lintas disiplin dan pembacaan kritis atas isi pemikirannya belum serius dilakukan. TEMPO/M Taufan Rengganis
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Pada 29 Juli merupakan hari kelahiran Goenawan Mohamad, seorang budayawan, jurnalis, dan sastrawan yang juga merupakan salah seorang pendiri Majalah Tempo.

Goenawan Mohamad lahir di Batang, Jawa Tengah pada 29 Juli 1941. Kecintaan sosok yang kerap disapa dengan panggilan GM itu terhadap puisi telah terlihat sejak masih duduk di bangku sekolah dasar. Dia kerap mendengarkan acara puisi yang disiarkan RRI. Saat berusia 19 tahun, Goenawan Mohamad pernah menggubah puisi penyair wanita Amerika, Emily Dickinson ke dalam Bahasa Indonesia.

Setelah lulus dari sekolah menengah atas, Goenawan Mohamad melanjutkan pendidikannya di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Nama Goenawan Mohamad mulai dikenal di kalangan intelektual pada 1960-an. Menjelang berakhirnya Orde Lama, Goenawan Mohamad bersama rekan-rekannya antara lain Trisno Sumardjo, Wiratmo Soekito, Taufiq Ismail, Arief Budiman, dan H.B. Jassin, menyusun Manifes Kebudayaan pada 1964.

Manifesto Kebudayaan 1964 atau dikenal dengan manikebu merupakan pernyataan sikap Goenawan Mohamad dan kawan-kawan yang diumumkan kepada publik. Manifes Kebudayaan ini mengangkat konsep paham filosofi tentang nilai kemanusiaan pada kehidupan dunia.

Soekarno ketika itu melarang Manifes Kebudayaan karena dianggap menyeleweng dan ingin menyaingi Manifesto Politik 1964. Dampaknya, Goenawan Mohamad yang ikut menandatangani pernyataan sikap itu dilarang menulis di berbagai media umum.

Setelah Orde Lama berakhir Goenawan Mohamad melanjutkan pendidikannya ke College of Europe, Belgia. Sepulang dari Eropa, Goenawan Mohamad memulai kariernya sebagai wartawan di harian Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia atau KAMI. Ia menjadi redaktur harian tersebut pada 1969 hingga 1970. Ia juga pernah menjadi redaktur Majalah Horison pada 1969 hingga 1974, serta turut mendirikan Majalah Ekspres dan menjadi pemimpin redaksi dari 1970 hingga 1971.

Pada 1971, Goenawan Mohamad bersama sejumlah rekannya memisahkan diri dari majalah Ekspres lalu mendirikan Majalah Tempo. Goenawan Mohamad secara rutin menulis di rubrik Catatan Pinggir atau Caping di Majalah Tempo. Kolom ini menjadi ruang bagi dia untuk menyampaikan kritik terhadap agenda-agenda politik di Indonesia era Soeharto.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Karena kerap mengkritisi pemerintah Orde Baru, Tempo dianggap sebagai oposisi yang merugikan kepentingan pemerintah. Akibat kekritisannya, Tempo dibredel kegiatan penerbitannya pada 1994.

Usai Soeharto lengser dan rezim Orde Baru berakhir, Goenawan Mohamad kembali “membangunkan” Tempo pada 1998 yang sempat tertidur. Namun dia hanya bersedia “mengawal” Tempo selama setahun saja. Selanjutnya, tampuk kepemimpinan diserahkan kepada Bambang Harymurti. Sejak 1989 hingga kini, GM menjadi Komisaris Utama PT Tempo Inti Media Tbk.

Tulisan-tulisan awal Goenawan Mohamad antara lain Potret Seorang Penyair Muda Sebagai Si Malin Kundang (1972) dan Seks, Sastra, Kita (1980), Kesusastraan dan Kekuasaan (1993), Setelah Revolusi Tak Ada Lagi (2001), Kata, Waktu (2001), ‘Eksotop’ (2003), ‘Tuhan dan Hal-hal Yang Tak Selesai’ (2007). Sedangkan untuk puisi, dia kumpulkan dalam bukunya Parkesit (1971), Interlude (1973), Asmaradana (1992), Misalkan Kita di Sarajevo (1998), Sajak-Sajak Lengkap 1961-2001 (2001), Don Quixote (2011), Tujuh Puluh Puisi (2011), dan Fragmen, Sajak-Sajak Baru (2017).

Selain di dunia kejurnalistikan, Goenawan Mohamad juga aktif di dunia seni. Ia adalah penulis teks drama pewayangan Wisanggeni (1995) yang dimainkan oleh Dalang Sudjiwo Tedjo, serta Alap-alapan Surtikanti (2002) oleh Dalang Slamet Gundono. Selain itu, dia menulis pula skenario untuk drama tari Panji Sepuh koreografi Sulistio Tirtosudarmo.

Goenawan Mohamad beberapa kali mendapatkan penghargaan. Deretan penghargaan yang diterimanya antara lain Louis M. Lyons untuk Hati Nurani dan Integritas dalam Jurnalisme dari Universitas Harvard Nieman Fellowship (1997), Penghargaan Kebebasan Pers Internasional dari Committee to Protect Journalists (CPJ) (1998), International Press Freedom Award dari Committee to Protect Journalists (CPJ) (1998), dan penghargaan Editor of the Year dari World Press Review (1999).

Pilihan Editor: Profil Goenawan Mohamad

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Mengenang Umar Kayam, Sastrawan dan Akademisi yang Lebih Dikenal sebagai Bintang Film

22 jam lalu

Umar Kayam. TEMPO/Rully Kesuma
Mengenang Umar Kayam, Sastrawan dan Akademisi yang Lebih Dikenal sebagai Bintang Film

Mengenang Umar Kayam, pemeran Sukarno dalam film Pengkhianatan G30S/PKI. Kakek Nino RAN ini seorang sastrawan dan Guru Besar Fakultas Sastra UGM.


Goenawan Mohamad Bicara Pentingnya Kepercayaan dan Etik dalam Profesi Jurnalistik

22 jam lalu

Wartawan Senior Tempo, Goenawan Mohamad berbicara di acara Orasi Tokoh
Goenawan Mohamad Bicara Pentingnya Kepercayaan dan Etik dalam Profesi Jurnalistik

Goenawan Mohamad mengatakan etik bukanlah sesuatu yang diajarkan secara teoritis, melainkan harus dialami dan dipraktikkan sehari-hari.


18 Tahun Kepergian Pramoedya Ananta Toer, Kisah dari Penjara ke Penjara

23 jam lalu

Pramoedya Ananta Toer. Wikipedia/Lontar Foundation
18 Tahun Kepergian Pramoedya Ananta Toer, Kisah dari Penjara ke Penjara

Sosok Pramoedya Ananta Toer telah berpulang 18 tahun lalu. Ini kisahnya dari penjara ke penjara.


Dies Natalis ke-3 Politeknik Tempo: Utamakan Etika di Tengah Gempuran AI

1 hari lalu

Pendiri Tempo Media, Goenawan Mohammad menyampaikan keynote speech bertajuk Etika dan Tanggung Jawab Sosial Pemanfaatan Teknologi Digital. Diskusi panel dilakukan dalam Puncak Acara Dies Natalis ke-3 Politeknik Tempo yang digelar Selasa, 30 April 2024.
Dies Natalis ke-3 Politeknik Tempo: Utamakan Etika di Tengah Gempuran AI

Dies Natalis Politeknik Tempo kali ini mengambil tema "Kreativitas Cerdas Tanpa Batas" dihadiri segenap civitas akademika Politeknik Tempo.


Mengenang Penyair Joko Pinurbo dan Karya-karyanya

3 hari lalu

Sastrawan Joko Pinurbo. Dok.TEMPO/Suryo Wibowo
Mengenang Penyair Joko Pinurbo dan Karya-karyanya

Penyair Joko Pinurboatau Jokpin identik dengan sajak yang berbalut humor dan satir, kumpulan sajak yang identik dengan dirinya berjudul Celana.


Joko Pinurbo di Mata Rekan Penulis: Ramah dan Cerdas

3 hari lalu

Sastrawan Joko Pinurbo saat menghadiri acara Kompasianival di Lippo Mall, Jakarta Timur, Sabtu, 21 Oktober 2017. Tempo/M JULNIS FIRMANSYAH
Joko Pinurbo di Mata Rekan Penulis: Ramah dan Cerdas

Sejumlah teman sejawat membagikan kesan mereka terhadap sosok Joko Pinurbo yang dikenal cerdas, suka membantu, dan ramah.


Mengenang Kepergian Joko Pinurbo, Berikut 5 Puisi Karyanya yang Perlu Disimak

3 hari lalu

Sastrawan Joko Pinurbo. Dok.TEMPO/Suryo Wibowo
Mengenang Kepergian Joko Pinurbo, Berikut 5 Puisi Karyanya yang Perlu Disimak

Selain meninggalkan istri dan dua anak, Joko Pinurbo meninggalkan warisan karya-karya puisi. berikut beberapa di antaranya.


Lebanon akan Menerima Yurisdiksi ICC atas Kejahatan Perang Israel di Wilayahnya

3 hari lalu

Kamera milik jurnalis Reuters Issam Abdallah yang terbunuh pada tanggal 13 Oktober oleh investigasi Reuters yang ditemukan sebagai awak tank Israel, ditampilkan dalam konferensi pers oleh Amnesty International dan Human Rights Watch saat mereka merilis temuan dari penyelidikan mereka terhadap serangan tersebut. serangan mematikan 13 Oktober oleh Israel di Lebanon selatan, di Beirut, Lebanon, 7 Desember 2023. REUTERS/Emilie Madi
Lebanon akan Menerima Yurisdiksi ICC atas Kejahatan Perang Israel di Wilayahnya

Lebanon akan menerima yurisdiksi Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) untuk mengadili kejahatan perang Israel di wilayahnya sejak Oktober lalu.


Joko Pinurbo Sematkan 3 Puisi di Instagram, Ingatkan Tentang Kepergian?

4 hari lalu

Penyair Joko Pinurbo membaca puisi di makam Udin di Trirenggo, Bantul. Joko Pinurbo membaca puisi dalam acara ziarah ke makam Udin, bagian dari peringatan 19 tahun meninggalnya Udin yang digagas Aliansi Jurnalis Independen Yogyakarta. TEMPO/ Shinta Maharani
Joko Pinurbo Sematkan 3 Puisi di Instagram, Ingatkan Tentang Kepergian?

Joko Pinurbo juga meninggalkan karya-karyanya yang sangat lekat dengan pembaca


Joko Pinurbo Wafat, Novelis Okky Madasari : Karyanya Diam-diam Soal Perlawanan

4 hari lalu

Sastrawan Joko Pinurbo. Dok.TEMPO/Suryo Wibowo
Joko Pinurbo Wafat, Novelis Okky Madasari : Karyanya Diam-diam Soal Perlawanan

Penulis Okky Madasari mengungkapkan duka atas kepergian sastrawan Joko Pinurbo