TEMPO.CO, Jakarta - Pemain film Ketika Berhenti di Sini, yaitu Prilly Latuconsina, Bryan Domani, Refal Hady, dan Lutesha Sadhewa membagikan perubahan makna dalam memandang kesedihan dan keberadaan orang sekitarnya setelah syuting. Hal ini disampaikan dalam konferensi pers Ketika Berada di Sini yang diadakan pada Senin, 24 Juli 2023 di Plaza Indonesia, Jakarta Pusat.
Prilly Latuconsina dan Refal Hady Kini Tidak Sembunyikan Rasa Sedih
Prilly Latuconsina membagikan makna kesedihan yang berubah usai menyelesaikan syuting film Ketika Berhenti di Sini. Sebelumnya, Prilly merupakan pribadi yang cenderung menutupi kesedihannya dan ingin selalu terlihat ceria di mata orang lain. "Di depan orang tua enggak pernah nangis, di depan teman haha hihi, pokoknya terkenal sebagai Prilly yang bubbly banget, ramah banget, pokoknya enggak bakal ada yang tahu aku sedih (atau) stres gitu," tuturnya.
Namun, ia pun menyadari kalau hal ini yang akhirnya membuat orang-orang di sekitarnya tidak mampu menjadi pendukung dan mengerti dirinya secara baik. "Pas syuting Ketika Berhenti di Sini aku sadar bahwa, 'Oh pantas orang tua aku jarang ngerti aku kalau aku capek. Oh pantas teman-teman aku suka ngeledekin aku kalau aku kenapa-napa. Karena aku enggak pernah menunjukkan kesedihan itu," katanya.
Prilly Latuconsina, Bryan Domani, dan Refal Hady dalam poster film Ketika Berhenti di Sini. Dok. Sinemaku Pictures
Hal serupa turut disampaikan oleh Refal Hady. Menurut sang aktor, usai proyek ini ia memandang bahwa kesedihan dan terlihat lemah merupakan hal yang wajar sebagai manusia. "Tetapi ternyata enggak baik ya menghindar atau menyembunyikanlah," ujarnya. "Dengan kita seperti itu yang menyembunyikan kesedihan, kita jadi enggak membuka pintu untuk orang memberikan cinta kepada kita sekecil apa pun. Jadi dari film ini gue belajar banyak sih, untuk ya enggak apa apa kelihatan lemah kok. Lu juga manusia biasa," katanya.
Bryan Domani dan Lutesha Belajar Lebih Pahami Orang Lain
Mengambil sudut pandang berbeda, Lutesha Sadhewa mengakui dulu ia cenderung keras kepada teman-temannya yang merasa sedih. "Kalau aku dari point of view teman ya, ketika teman terlalu kalut dalam kesedihannya atau tidak bisa move on, dulu-dulu tuh aku terlalu keras kayak, 'ya sudah cari cowok lain saja' atau 'move on lah' atau 'have fun aja'," tuturnya.
Setelah menuntaskan Ketika Berhenti di Sini, perempuan kelahiran 1994 itu menyampaikan kini dirinya mempelajari soal rasa sedih yang harus dirasakan. "Setelah proses film ini, aku akhirnya sadar, kalau itu tuh perasaan teman aku. Kalau dia merasa sedih, ya sudah biarin merasakan sedih itu sampai dia akhirnya bisa move on dengan sendirinya sesuai keinginan dia," katanya.
Bukan hanya Lutesha, Bryan Domani menganggap dirinya beruntung karena sudah bebas mengeluarkan emosinya sejak kecil. "Kalau aku sih lumayan beruntung soalnya dari kecil emang sudah dibiasakan untuk menunjukkan emosi sedih (dan) marah, enggak pernah itu keluarga kita ada filter lah. Keluarga kita memang terbuka dari dulu. Tapi aku jadi belajar kalau terkadang di beberapa situasi enggak semua orang bisa kayak aku," tuturnya. "Enggak bisa kalau lagi sedih dinangisin atau kalau lagi marah ya kesel-kesel aja. Ada beberapa orang yang temboknya lumayan tinggi."
Dari film ini, Bryan menyadari kalau setiap orang memiliki waktunya sendiri untuk merasa sedih. "Kalau memang semua orang punya waktunya sendiri. Juga terkadang aku salah aku baru sadar, aku kayak 'aku ngerti kok perasaan kamu', enggak juga. Soalnya semua orang sedih itu beda-beda," ujarnya. "Ya sudah take your time, ambil waktu kamu. I'm here for you. Jadi kalau misalkan kamu butuh apa-apa kabarin saja, tapi kalau kamu butuh waktu sendiri, silakan."
GABRIELLA AMANDA
Pilihan Editor: Ketika Berhenti di Sini, Film Kedua Umay Shahab sebagai Sutradara, Angkat Kisah Kehilangan