TEMPO Interaktif, Jakarta: "Kebetulan saya sudah 12 tahun menjadi anggota DPRD Jawa Barat. Sesuai bidang yang saya urusi di komisi perekonomian, saya selalu berkomunikasi dengan masyarakat bawah," cerita Tetty Kadi Bawono, mantan penyanyi pop Indonesia era 1970-an yang kini mencalonkan anggota DPR RI itu.
Melalui Partai Golkar, ia ingin menggapai kursi DPR pusat. "Menyayi hanya sebagai hobi saja," ujarnya kepada Tempo awal pekan lalu. Pengalamannya selama belasan tahun itulah Tetty tahu bagaimana cara hemat onngkos dalam berkampanye. "Saya sudah sering berinteraksi dengan konstituen. Berbeda dengan caleg baru, mereka butuh anggaran besar untuk bisa memperkenalkan diri. Saya justru mau tanya ke Obama (Presiden AS Barack Obama), bagaimana dia mendapat uang untuk kampanye," katanya.
Hitung-hitungan kebutuhan dana kampanye, ia mengibaratkan harga kursi itu diumpamakan senilai 300 ribu suara. Dalam satu pertemuan, taruhlah setiap calon pemberi suara disuguhi satu botol minuman seharga Rp 1.000. "Kalau dikalikan 300 ribu sudah Rp 300 juta.”
Menurut Tetty, semurah-murahnya biaya kampanye untuk calon anggota DPR RI jauh lebih besar dari pemilihan kepala daerah. "Inilah yang kami rasakan sangat besar sekali. Suara terbanyak, biayanya sangat besar," kata Tetty.
Belum lagi medan wilayah yang berat. "Seperti saya ini, harus mendatangi 824 desa di 76 kecamatan. Itu jelas nggak mungkin didatangi satu per satu. Itu sangat berat." Tetty pun mengandalkan kerabatnya untuk menjalin komunikasi denga konstituen di daerah pemilihannya, yaitu Indramayu dan Cirebon. "Merekalah yang membantu saya."
Ia masih punya cara lain. Melalui Koperasi Etos Mutualis, Tetty juga mudah "menyapa" warga diluar jadwal kampanye. Di koperasi ini Tetty berkomunikasi dengan pengrajin dan anggota koperasi. Belum lagi pamornya sebagai mantan penyanyi yang amat dikenal. Ia dituntut luwes menempatkan kapan sebagai penyanyi dan kapan pula sebagai calon legislator. "Aku disuruh nyanyi, ya nyanyi. Kadang saya berstatus Tetty Kadi, kadang sebagai caleg."
REVI YOHANA