Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Cara Charlie Chaplin Lawan Dominasi Modernitas dan Kapitalis dalam Film

Reporter

image-gnews
Charlie Chaplin di Bali (Youtube)
Charlie Chaplin di Bali (Youtube)
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Charlie Chaplin adalah sosok legenda hidup perfilman dunia. Bagaimana tidak, di balik karakter film yang dibawakannya, yakni gaya “musik visual” dengan kumis hitam tebal dibalut setelan celana panjang, ia mampu merefleksikan suatu keadaan zaman itu. Seolah menegaskan, film tak hanya menawarkan keindahan inderawi, tetapi juga sebagai media penyadaran sosial. 

Alih-alih menarasikan kisah drama cinta menye-menye, melalui film yang berjudul Modern Times (1936), Charlie Chaplin justru mengisahkan suatu keadaan yang mengalami teror mesin di bawah dominasi modernitas dan ambisi kapitalis. Kehidupan manusia yang hidup di kota metropolis dengan bayang-bayang tuntutan kerja, dibongkar secara apik oleh Chaplin melalui narasi film tersebut. 

Chaplin membuka film Modern Times dengan tulisan, “A story of industry, of individual enterprise-humanity crusading in the pursuit of happiness.” Aura kegelisahan terpampang secara jelas. Kegelisahan yang dimaksud Chaplin adalah kekhawatiran manusia setelah hadirnya mesin-mesin industri. Lalu, film disambung dengan tampilan metafora-metafora yang ditampilkan Chaplin. 

Melansir dari charliechaplin.com, ringkasnya, film ini menceritakan era tahun 30-an, saat depresi hebat melanda kehidupan saat itu. Kondisi ekonomi yang carut-marut, orang-orang berebut pekerjaan di pabrik, pekerja yang lapar dan miskin, hingga demonstrasi yang merajalela akibat revolusi industri. Keadaan ini, dianalogikan melalui tokoh utama bernama Tramp, diperankan oleh Chaplin sendiri. 

Ada satu adegan menarik, ketika Tramp yang jenuh bekerja suatu ketika pergi ke toilet untuk merokok. Tak lama, ia dikagetkan oleh kemunculan bosnya dan menyuruh untuk kembali bekerja. Hal ini menjelaskan, adanya gap dan kontrol penuh dari bos kepada pekerjanya (baca: panopticon). Akibat tuntutan kerja ditambah teknologi mesin yang memaksa memaksimalkan produktifitas, layaknya robot, maka Tramp menjadi gila (nervous breakdown). 

Dilansir dari jurnal yang berjudul “Mesin dan Kegelisahan Manusia Modern: Tautan antara Ideologi dan Kebudayaan dalam Film Modern Times”, dijelaskan bahwa film Modern Times sukses merepresentasikan ide Karl Marx tentang teori kelas. Dalam buku Das Capital, Karl Marx membagi tiga kelas utama: kelas buruh, kapitalis, dan pemilik tanah. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Representasi teori kelas dalam film Modern Times, terwujud ketika ada gap antar kelas-kelas sosial semakin menjauh. Imbasnya, kelas proleter ditekan kelas borjuis, sehingga muncul berbagai permasalahan, seperti demo buruh, kemiskinan, kriminalitas tinggi, dsb,. 

Tramp, berusaha melawan suatu keadaan tersebut. Dinarasikan dalam film itu, setelah ia keluar dari penjara Tramp lebih memilih bahagia tanpa uang bersama Ellen, kekasihnya. Sebab menurutnya, kehidupan hidup sudah sepenuhnya terpenuhi langsung oleh alam. Pendek kata, adegan ini adalah klimaks dari bentuk perlawanan Charlie Chaplin terhadap kapitalisme dan dominansi modernitas yang menjadikan manusia teralienasi. 

HARIS SETYAWAN 

Baca: Mengenang Charlie Chaplin: Raja Film Bisu, Mati di Hari Natal

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Selain Vina: Sebelum 7 Hari, Ini 4 Film Indonesia Diangkat dari Kisah Nyata yang Tragis

8 jam lalu

Beberapa adegan di Film Vina: Sebelum 7. Foto: Instagram/@finasebelum7harifilm.
Selain Vina: Sebelum 7 Hari, Ini 4 Film Indonesia Diangkat dari Kisah Nyata yang Tragis

Selain film Vina: Sebelum 7 Hari, berikut beberapa film Indonesia yang juga diangkat dari kisah nyata tragis dari para tokohnya.


Mengenang Sophan Sophiaan 16 Tahun Lalu Berpulang Saat Turing Motor Jalur Merah Putih

9 jam lalu

Sophan Sophiaan. TEMPO
Mengenang Sophan Sophiaan 16 Tahun Lalu Berpulang Saat Turing Motor Jalur Merah Putih

Sophan Sophiaan dikenal sebagai aktor, sutradara, dan politisi. Ia wafat 16 tahun lalu di Hutan Widodaren Ngawi saat turing motor Jalur Merah Putih.


Polri Bongkar Jaringan Narkoba Hydra di Indonesia, Mengingatkan Organisasi Kriminal Musuh Captain America

1 hari lalu

Captain America hadir di Fortnite. Kredit: epicgames.com
Polri Bongkar Jaringan Narkoba Hydra di Indonesia, Mengingatkan Organisasi Kriminal Musuh Captain America

Polri ungkap jaringan narkoba Hydra belum lama ini. Pecinta komik dan film Captain America pasti teringat organisasi kriminal musuhnya itu.


Film Supergirl: Woman of Tomorrow Diadaptasi dari Komik

1 hari lalu

Supergirl: Woman of Tomorrow. Youtube
Film Supergirl: Woman of Tomorrow Diadaptasi dari Komik

Supergirl: Woman of Tomorrow akan tayang pada 26 Juni 2026. Film ini dibintangi oleh Milly Alcock sebagai Girl of Steel


5 Game yang Diadaptasi Menjadi Film, Apa Saja?

3 hari lalu

Sonic the Hedgehog 2 (Instagram/@sonicmovie)
5 Game yang Diadaptasi Menjadi Film, Apa Saja?

Banyak film yang diadaptasi dari game telah memberikan pengalaman menghibur bagi penonton


Dahyun TWICE Segera Debut Jadi Aktris Sudah Terima Tawaran Film Lain

4 hari lalu

Dahyun TWICE. Instagram.com/@dahhyunnee
Dahyun TWICE Segera Debut Jadi Aktris Sudah Terima Tawaran Film Lain

Dahyun TWICE yang akan segera debut sebagai aktris sudah menerima tawaran film lain yang diremake dari film Taiwan


Perbedaan Lord of the Rings yang akan Tayang 2026 dan Trilogi Sebelumnya

5 hari lalu

The Lord of the Rings: Gollum. Epicgames
Perbedaan Lord of the Rings yang akan Tayang 2026 dan Trilogi Sebelumnya

Warner Bros akan merilis film terbaru dari waralaba Lord of the Rings berjudul Lord of the Rings: The Hunt for Gollum pada 2026


Serba-serbi Wonderland yang akan Tayang 5 Juni 2024

6 hari lalu

Bae Suzy dan Park Bo Gum dalam film Wonderland. Foto: Instagram/@acemaker.movie
Serba-serbi Wonderland yang akan Tayang 5 Juni 2024

Setelah pertama kali diumumkan pada 2020, jadwal tayang film Wonderland garapan sutradara Kim Tae Yon akhirnya rilis


Dibintangi Chris Evans, Film Sacrifice Mulai Proses Syuting September 2024

8 hari lalu

Chris Evans menghadiri pemutaran perdana The Gray Man, Rabu 13 Juli 2022. Dok. Netflix.
Dibintangi Chris Evans, Film Sacrifice Mulai Proses Syuting September 2024

Film Sacrifice dibintangi Chris Evans, Anya Taylor-Joy, Salma Hayek Pinault, dan Brendan Fraser


Nonton The Ministry of Ungentlemanly Warfare, Ini Komentar Komunitas Reenactor Indonesia

8 hari lalu

Anggota komunitas edukatif Indonesian Reenactors (IDR) ketika menghadiri acara penayangan perdana film The Ministry of Ungentlemanly Warfare yang diadakan di XXI Plaza Indonesia, 8 Mei 2024. Keenamnya mengenakan kostum yang mereplika seragam lengkap tentara militer Inggris dan Nazi pada Perang Dunia II. TEMPO/Hanin Marwah Nurkhoirani
Nonton The Ministry of Ungentlemanly Warfare, Ini Komentar Komunitas Reenactor Indonesia

Screening film The Ministry of Ungentlemanly Warfare dihadiri oleh komunitas Indonesian Reenactors (IDR) yang berseragam ala tentara Inggris dan Nazi.