TEMPO.CO, Jakarta - Pengacara Farhat Abbas turut berbicara soal pemindahan ibu kota. Dia berangan-angan jika menjadi presiden, maka ia ingin mendudukkan Jakarta sebagai kota negara. Gagasannya itu, ia ketikkan dan dia foto lalu diunggah di akun Instagramnya pada Minggu, 1 September 2019.
“Kalau gue yang jadi presiden, Jakarta tetap kota negara, sedangkan kota pemerintahan akan gue rancang dan bangun secara bergilir (berganti-gantian), saat ini Jakarta (Jawa) berikutnya di timur (Papua), Kalimantan, dan Sumatera (Aceh),” tulisnya dalam foto tangkapan layar itu.
Menurut bekas suami penyanyi Nia Daniaty ini, pergantian kota pemerintahan ini akan berlangsung tiap 20 tahun. “Agar terjadi pemerataan pembangunan manusia, alam, budaya, ekonomi, dan kota,” ujarnya.
Ia beralasan, gagasannya ini didasarkan atas kebhinekaan daerah, pulau-pulau, dan manusianya. “Gue yakin pemerataan itu ada di dalam hati dan janji serta harapan. Semoga ide gue ini makin mempererat persatuan kita,” kata dia yang kini sedang berseteru dengan pengacara Hotman Paris ini
Alih-alih mendapatkan dukungan atas gagasannya ini, netizen justru meledeknya. Unggahan Fpengacara Pablo Benua dan Rey Utami dalam kasus ikan asin ini hanya mendapatkan kurang dari seribu yang suka. Netizen yang berkomentar justru lebih banyak, hampir 2.000 komentar.
“Gayanya mau mempersatu bangsa, satu aja ribut mulu nyinyir sana nyinyir sini,” tulis @riwien. “Lo mau jadi presiden? Jadi oengacara aja amburadul,” kata @shiroshiro.
Ada netizen yang berusaha memperbaiki bahasa Farhat Abbas. “Jakarta kota negara? Mungkin maksud Bapak mau nulis ibu kota negara ya…Seorang presiden sebelum menulis sesuatu harus dicermati betul redaksi dan tata bahasanya, apalagi membuat kebijakan strategis. Saya tidak sanggup, makanya saya jadi rakyat saja,” kata @adytia.