TEMPO.CO, Jakarta - Hari kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus menjadi momen refleksi untuk banyak hal. Kemerdekaan, sejatinya memberi ruang lebih luas bagi siapa saja untuk berkreasi dan mencetak prestasi.
Indonesia memiliki banyak sineas yang bertalenta dan diakui secara internasional. Buktinya, tak sedikit film karya anak bangsa yang memiliki prestasi di luar negeri. Sebut saja film Pengabdi Setan arahan Joko Anwar yang tayang di 42 negara serta masuk box office di Hong Kong dan Singapura, atau film Sekala Niskala arahan sineas muda Kamila Andini yang menyabet penghargaan di berbagai festival film mancanegara.
Baca: Lagu Asian Games Via Vallen Dicover dalam 5 Bahasa Asing
Hal ini juga diamini oleh Livi Zheng, sutradara asal Indonesia yang berkarier di Hollywood. "Indonesia banyak banget talent-nya," kata Livi kepada Tempo saat ditemui di Jakarta, 15 Agustus 2018.
Meski begitu, Livi juga mengungkapkan, seharusnya lebih banyak sineas tanah air yang bisa berprestasi di taraf internasional. Ia melihat, salah satu kendalanya adalah rasa percaya diri yang belum dimiliki para sineas.
"Banyak yang nanya ke aku, 'Menurut kakak aku harus submit (film) ini enggak ke festival internasional?' Terus aku bilang, 'submit aja, masalah ditolak, ya udah. Tapi kalau enggak di-submit kan enggak ada kemungkinan buat menang.' Masih banyak yang meragukan karyanya," ungkap Livi. Ia mengaku banyak menemui pertanyaan serupa ketika menjadi pembicara di berbagai kampus di Indonesia.
Dari situ, Livi pun berharap sineas-sineas Indonesia lebih percaya diri untuk bisa berprestasi. "Saya juga harap makin banyak lagi yang bisa go international," tambahnya.
Livi merupakan sutradara kelahiran Blitar, 3 April 1989. Ia telah berkiprah di Hollywood dan membuat beberapa film, seperti Brush with Danger (2014), LA's Gateway to Indonesia (2017), dan Insight (2017).
Dalam film-filmnya, Livi Zheng selalu berusaha memasukkan unsur Indonesia, bahkan beberapa filmnya malah bercerita tentang Indonesia. Film terbarunya, Bali: Beats of Paradise, akan dirilis di Amerika pada November 2018 mendatang. Sementara, untuk Indonesia direncanakan akan diputar pada tahun 2019. Lewat film ini, ia berusaha memperkenalkan alat musik gamelan kepada dunia.
MUHAMMAD ABI MULYA