TEMPO.CO, Jakarta - Sutradara Hanung Bramantyo sedikit terisak ketika menyerahkan film bertema bela negara berjudul Seteru kepada Kementerian Pertahanan. Ia berharap film ini menjadi catatan penting buat negara dan bangsa yang begitu beragam.
"Maafkan saya, buat saya ini sangat emosional karena saya begitu mencintai negeri ini. Karena saya tidak ingin negara ini hancur karena ego-ego kita," kata Hanung di kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta, Jumat, 9 Desember 2016.
Hanung mengaku kaget ketika Direktur Bela Negara Laksamana Pertama M. Faisal memintanya untuk membuat film bela negara. "Saya langsung tidak bisa tidur," kata Hanung. Ia juga kaget lantaran mengira Kementerian Pertahanan adalah kementerian yang jauh dari kegiatan kesenian.
Hanung pun menggodok realitas yang rigid dengan fenomena tawuran antarpelajar. Dalam filmnya, dua sekolah: SMA Kesatuan Bangsa dan SMA Budi Pekerti terlibat permusuhan bertahun-tahun. Permusuhan terjadi lantaran kelas sosial yang berbeda antara siswa keturunan dan siswa pribumi.
Setelah mengalami pendidikan untuk mendisiplinkan para siswa dengan membangun kesadaran bela negara, kedua sekolah tersebut pun dap disatukan melalui sepak bola. "Perbedaan yang khitah seolah berbahaya, padahal perbedaan itu adalah fitrah," kata Hanung.
Bagi Hanung, film dapat dijadikan sebagai sarana untuk menyuarakan bela negara. Sebab, selama ini, menurut dia, film di Indonesia masih dianggap sebagai hiburan yang tidak memiliki dampak sosial dan kultural di masyarakat. "Semua itu karena sedikit tayangan tentang tokoh-tokoh yang dikemas dalam film yang bagus dan populer," tuturnya.
Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengapresiasi adanya film ini. Menurut Ryamizard, ini menunjukkan seniman dan budayawan pun memiliki tanggung jawab menyuarakan nilai-nilai nasionalisme. "Saya harap film ini mentransformasi nilai nasionalisme untuk generasi muda," kata Ryamizard.
ARKHELAUS WISNU