TEMPO.CO, Jakarta - Dinding-dinding di Yello Hotel di kawasan Harmoni dan di gedung Pusat Kebudayaan Prancis di Indonesia (IFI), Jalan M.H. Thamrin, Jakarta, penuh coretan puluhan seniman. Coretan artistik tersebut menghiasai tembok kedua tempat itu sehingga terlihat menjadi lebih menarik.
Coret-coretan artisitik ini dilakukan puluhan seniman grafiti dan seni jalanan dari Indonesia dan Prancis. Goresan cat di Hotel Yello dilakukan 35 seniman yang menjadi peserta kompetisi Off Da Wall, yang digelar Yello Hotels, dengan konsep "Bringing Art to Life". Kompetisi ini berlangsung sepanjang Sabtu, 5 November 2016.
Sedangkan goresan di tembok luar IFI dilakukan oleh kolaborasi 10 seniman Indonesia dan Prancis pada Ahad pagi, 6 November 2016. Keduanya merupakan bagian dari kerja sama IDI dan Tauzia Hotel Manajement dalam acara Pekan Seni Urban Off The Wall, 2-7 November 2016. Selain di IFI dan Hotel Yello, hasil karya para seniman dipamerkan di Museum Nasional, D’ Gallerie, dan Sekolah Internasional Prancis.
Kesepuluh seniman yang berkolaborasi ini adalah Darbotz, Farhan Siki, Soni Irawan, Steroflow, Tutu (Indonesia) dan Colorz, Fenx, Kongo, Mist, serta Titl. Para seniman ini sebagian besar sudah menorehkan karyanya di berbagai tembok tempat umum di beberapa negara dan festival. Dari Indonesia, Darbotz, yang sudah dikenal sebagai seniman grafiti dan street art, pernah berkarya dalam pameran Cosmopolit Art Tour di Prancis dan di Singapura. Farhan Siki juga pernah mengikuti residensi di Lecce, Italia; Soni Irawan menggarap proyek bersama Apotik Komik dan Clarion Alley Mural Project Fransisco dan Art Jog2014; serta Steroflow dan Tutu, yang karyanya juga banyak menghiasi tempat di Bandung dan Jakarta. *
Baca Juga:
Acara "perang" goresan seniman Indonesia dan Prancis ini dikuratori Claire Thibaud Piton, yang juga kurator Off the Wall Singapura. “Acara ini fokus pada anak-anak muda karena seni grafiti dan street art adalah tentang kebebasan berekspresi yang dapat diakses semua orang,” ujar Piton.
Bagi orang muda, grafiti dan art street adalah seni yang dinamis, penuh warna, spontan, dan menyenangkan. Pergelaran acara ini, kata dia, memberikan perspektif baru terhadap seni urban. Kolaborasi seniman dari kedua negara ini telah dilakukan pada 2010 dalam Wall Street Art di Galeri Salihara.
Saat itu pameran dikuratori Alia Swastika, yang juga kurator Off the Wall. Menurut Alia, grafiti dan street art memiliki gagasan dan wacana yang berbeda, tapi jalanan menjadi situs yang menawarkan visibilitas tanda-tanda visual dan verbal. “Menggunakan ruang publik sebagai tempat kerja, menempatkan pesan dan estetika pada bangunan, dinding, dan permukaan yang bisa terlihat. Karya tersebut akan tersiar dengan sendirinya,” ujarnya.
DIAN YULIASTUTI