TEMPO.CO, Jakarta - Rakyat Indonesia mengenal dua tokoh pahlawan dari Maluku, Pattimura dan Martha Christina Tiahahu. Nah, bagaimana perlawanan Pattimura melawan Belanda pada 1817, Kruit!/Pertempuran akan dipentaskan nanti malam di Erasmus Huis, Kuningan.
Grup Delta Dua pimpinan Anis de Jong akan berkolaborasi dengan orkestra suling Molucca Bamboowind Orchestra pimpinan Rence Alfons. Naskah pentas teater musikal ini dibuat Frank den Os dengan sumber referensi novel De schreeuw van de Witte Kaketoe karya Johan Fabricius.
“Saya suka ide yang disodorkan Anis, saya menulis naskah ini untuk menyuarakan saja. Saya tidak punya sebuah opini,” ujar Den Os saat berbicang di Erasmus Huis, Rabu, 18 November 2015.
Anis memulainya lima tahun lalu dari novel, buku sejarah, lalu sumber-sumber sejarah yang banyak di Belanda tentang Pattimura, lalu menyodorkannya kepada Den Os, untuk menggarap menjadi sebuah naskah. Den Os kemudian meracik sumber tersebut menjadi gabungan cerita fiksi dan fakta.
Dia lalu membuat semacam deret waktu kejadian, tapi kemudian dimunculkan dalam cerita yang berbeda. Menurut Anis, orang Maluku ataupun orang Belanda juga banyak yang tidak mengetahui benar cerita Pattimura ini. “Ini seperti cerita yang dilupakan,” ujar pria berambut keperakan ini.
Rence Alfons juga mengaku tak tahu banyak tentang cerita pertempuran yang dipimpin Pattimura. Menurut dia, dari apa yang terjadi di belakang itu, tak banyak cerita yang mengungkap. Pentas ini juga akan menampilkan Pattimura tak hanya sebagai pejuang, tapi juga manusia biasa dengan sisi kemanusiaannya. Pentas diiringi orkestra suling yang dibawakan enam pemain.
Cerita ini akan menampilkan siapa Pattimura (diperankan Alex Lekatompessy), seorang pemimpin prajurit Maluku, melawan Belanda pada 1817. Mereka mengejar pemimpin Belanda yang berada di pulau Sapparua, yang saat itu dipimpin Van den Bergh. Hanya Jean Lubber satu-satunya anak Van den Bergh yang selamat dari amuk serangan pasukan Pattimura.
Anis dan Den Os mengatakan cerita ini tak melulu menyampaikan pesan tentang pertempuran yang dipimpin Pattimura. Cerita ini juga menyampaikan pesan untuk masyarakat modern, yang dikaitkan dengan konteks beberapa kejadian baru-baru ini, seperti teror di Paris.
Cerita pertempuran ini telah dipentaskan di Gedung Budaya, Karpan, Kota Ambon, pada 13-14 November lalu. Pertunjukan ini juga telah digelar di Belanda pada Februari lalu.
DIAN YULIASTUTI