TEMPO.CO, LOS ANGELES—Steven Tyler, vokalis kelompok musik legendaris Aerosmith, meminta kandidat bakal calon presiden dari partai Republikan untuk tidak menggunakan lagu mereka, Dream On, dalam acara-acara kampanye. Tyler lewat pengacaranya, Dina La Polt, menyatakan surat tersebut bukan sikap politik atau isu personal dengan Mr. Trump, tetapi berkaitan dengan izin dan hak cipta, seperti dikutip Associated Press, Senin, 12 Oktober 2015.
Dalam surat tersebut, pengacara Tyler menyatakan Trump tidak memiliki izin dari kliennya untuk menggunakan lagu Dream On atau lagu-lagu Tyler yang lain. Hal ini menimbulkan kesan palsu bahwa Tyler terhubung atau mendukung langkah Mr. Trump mencalonkan diri sebagai presiden.
Rolling Stone menulis, Tyler pertama kali mengingatkan Trump pada saat kampanye mobile Ala. Rally pada 21 Agustus lalu. Trump mengabaikan peringatan itu. Kini, pengacara Tyler mengancam, “jika Trump tidak mendengarkan tuntutan kami, kami akan melakukan upaya hukum.”
Tyler dan gitaris Aerosmith, Joe Perry, tercatat sebagai pendukung Republikan. Koran Washington Post melaporkan Tyler menghadiri debat bakal calon presiden pada Agustus lalu sebagai tamu Trump. Hal ini merupakan insiden ketiga kalinya bagi miliuner properti itu. Sebelumnya, sejumlah musikus telah menuntut penggunaan lagu-lagu secara ilegal dalam kampanye bakal calon presiden.
Lagu Neil Young, ‘Rockin’ in the Free World, digunakan saat Trump mengumumkan akan maju sebagai kandidat bakal calon presiden dari Partai Republikan. Padahal, lagu tersebut bertentangan dengan politiknya Trump. Musikus Young, yang dikenal sebagai penganut politik liberal, meminta Trump berhenti menggunakan lagunya dan menyatakan dukungannya pada kandidat dari Partai Demokrat, Bernie Sanders.
Trump juga menggunakan lagu It’s The End of the World as We Know It (And I Feel Fine.) milik R.E.M secara ilegal. R.E.M yang tak setuju dengan penggunaan lagu tersebut juga memperingatkan politisi itu agar tidak “mengganggu kami untuk menuntut.”.
AP | ROLLING STONE | FORTUNES | CBS