TEMPO.CO, Bandung - Gelaran konser amal Kampung Gabungan Artis dan Seniman Sunda (GASS) 2, Rabu, 19 Agustus 2015, berlangsung meriah. Seratus artis dan seniman asal Tanah Parahyangan menggebrak dua stage besar yang berada di timur dan utara Sasana Budaya Ganesa (Sabuga). Burgerkill salah satu band asal Ujung Berung, Bandung, menggebrak panggung dengan alunan lagu metal yang kental. Salah satu lagu yang mereka bawakan adalah Atur Aku.
"Lagunya keren, metal banget dan sangat berani. Ini seniman yang enggak main-main. Kami para Begundal (fan Burgerkill) sangat menikmati hasil karya mereka," ujar Trifauzi, salah satu pengunjung Kampung GASS 2, saat diwawancarai setelah pertunjukan Burgerkill usai, Rabu, 19 Agustus 2015.
Menurut pantauan Tempo, ratusan pengunjung yang memadati area lapangan stage untuk berjoget bersama melakukan aksinya dengan menari ala-ala moshing—sebuah tarian yang dilakukan dengan cara mengadukan tubuh mereka sehingga satu sama lain saling bertabrakan dan bersikutan. Tarian tersebut tak ayal membuat beberapa peserta marah dan membalas sikutan dengan dorongan brutal.
"Seram sih jogetnya, yang awalnya saya di tengah dekat panggung jadinya mundur karena jogetnya brutal sekali. Buat yang suka, mungkin itu enggak masalah. Tapi, buat saya, itu masalah. Kalau kena sikut, sakit," kata Denah Surya, salah seorang pengunjung konser.
Menanggapi hal tersebut, beberapa orang panitia keamanan dan pihak kepolisian sudah mengantisipasi agar tidak ada tindak kekerasan yang berlebihan. Hal ini terlihat dari pengawasan yang cukup ketat ketika para pengunjung melakukan aksinya di tengah lapangan. Setelah aksi panggung Burgerkil usai, para Begundal pun ikut meninggalkan area lapangan tersebut.
"Kami juga sudah antisipasi karena tahu, kalau ada band metal, tarian macam itu akan dilakukan. Sebenarnya sah-sah saja, asal tidak berlebihan dan tidak menimbulkan bentrok, itu saja. Pihak kami juga sudah siap untuk hal itu sehingga memang terkendali," tutur Firman, salah satu panitia konser.
DWI RENJANI