Pertunjukan mahasiswa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Makassar hadir dengan menceritakan birunya suasana laut. Irama-iramanya seolah menceritakan bagaimana pelaut-pelaut Bugis-Makassar berlayar. Kisah pelaut Bugis-Makassar ini menutup Makassar Ethnic Music Percussion Festival 2014.
Sepuluh kelompok yang tampil dalam acara selama dua hari ini adalah hasil kuratorial dari 30-an kelompok musik etnik perkusi. Dosen seni Universitas Negeri Makassar, Arifin Manggau, menilai penampilan beberapa kelompok ini sangat kreatif dalam memanfaatkan alat-alat musik etnik, seperti penggunaan katto-katto oleh Kelompok Musik Tradisional SMPN 3 Makassar dan Sanggar Tradisional Batara Maru’ .
Menurut dia, mereka tak hanya kreatif, tapi juga ada unsur irama pembaharu yang dihadirkan, terutama oleh Sanggar Seni Pattallassang, Takalar, karena memadukan permainan pa’dekko dengan alat musik modern. Kata Arifin, gagasan baru juga dihadirkan oleh kawan-kawan dari Mandar yang berhasil mengkreasikan empat nada dalam calung. “Semoga ajang Makassar Ethnic Music Percussion Festival ini bisa menjadi media untuk melestarikan musik-musik budaya,” kata Arifin.
IRMAWATI
Berita lain:
Pelindo II Siapkan Acara Pengumuman Kabinet Jokowi
Ryamizard: Tak Jadi Menteri Juga Tak Apa
Koalisi Prabowo 'Nggerundel' Soal Sikap PPP