Dua belas peserta ini diseleksi dari 23 peserta yang mendaftar. Kata Riri, beberapa kriteria yang menjadi penilaian adalah sudah pernah terlibat dalam produksi film, ada karya, memiliki kaitan dengan komunitas film. “Karena kami berharap peserta ini bisa mengembangkan di komunitasnya.”
Riri yang juga Direktur Rumata’ Art Space Makassar mengatakan, para peserta akan diajak bekerja sungguhan, tidak sekadar membuat film, tapi juga bagaimana bersentuhan dengan bahan-bahan kimia dan drum-drum. “Tapi jangan membayangkan konsep laboratorium yang umum. Kami akan menciptakan suasana laboratorium yang berbeda.”
Kelas di Rumata’, di Jalan Bontonompo, juga akan memanfaatkan Rumah Galeri Firman Djamil, seniman art lingkungan di Benteng Somba Opu. Kawasan ini menjadi lokasi untuk membuat film bernuansa lokal.
Tak hanya berfokus pada kegiatan 12 peserta ini. Ada juga diskusi, workshop, dan pemutaran film, Ilo-ilo, penerima Award Winning Film dari Singapura, Sabtu, 25 Oktober, di Fort Rotterdam. Ada juga kelas workshop khusus yang terbatas bagi 20 orang untuk penulisan kritik film bersama Maqbul Mubarok.