TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Yayasan Ende Flores, Ignatius Kleden, menyatakan pemugaran dua situs peninggalan Presiden Sukarno di Ende hanya memakan biaya Rp 9 miliar. Jumlah ini didapat setelah biaya dipangkas tiga kali sejak pemugaran direncanakan dengan nilai Rp 30 miliar pada 2009.
"Pernah dipangkas jadi Rp 12 miliar, kemudian turun lagi jadi Rp 9 miliar. Semuanya dari donor," kata Ignas di Istana Wakil Presiden, Senin, 17 Februari 2014.
Ia menyatakan sejak awal Wakil Presiden Boediono meminta Yayasan untuk tak menggunakan Anggaran Pendapatan Belanja Negara ataupun Anggaran Pendapatan Belanja Daerah. Biaya pemugaran diharapkan dapat dipenuhi sponsor yang nantinya akan menjadi stimulus pemugaran situs-situs sejarah lainnya.
Dua situs yang dipugar adalah rumah tempat pengungsian Sukarno bersama keluarganya saat dibuang ke Ende setelah ditangkap di rumah M.H. Thamrin pada 1932. Situs lainnya adalah Taman Rendo, tempat Sukarno menemukan konsep dasar pancasila.
"Di taman itu dibangun patung Sukarno yang sedang duduk, tepat di sebelah pohon sukun tempat Sukarno bermenung."(Baca : Film Soekarno di Ende Segera Digarap)
Dengan biaya minim, Yayasan membangun patung sederhana dengan melibatkan arsitek Andra Martin. Patung ini menunjukkan kehidupan Sukarno sebagai orang yang dibuang dan bermenung.
Sponsor pemugaran dua situs ini adalah PT Adaro, BCA, Bank Mandiri, Bank CIMB Niaga, dan PT Bosowa Maros. Yayasan juga sedang membangun tempat penampungan di Taman Rendo karena barang dan dokumen milik Sukarno tak cukup tertampung di situs rumah pengasingan presiden pertama Indonesia tersebut.
Selain rumah pengasingan dan Taman Rendi, Ende menyimpan delapan situs bersejarah peninggalan Sukarno yang punya cerita masing-masing. Pertama, pelabuhan lokasi pendaratan kapal pengangkut Sukarno. Di pelabuhan ini, Sukarno dan keluarganya mendarat dari kapal barang KPM Jan van Riebeeck.
Kedua, pos militer tempat tentara Belanda mengawal dan mengawasi Sukarno selama pengasingan. Ketiga, Masjid Ar-Rabithah, tempat Sukarno mengikuti salat Jumat. Keempat, Katedral Ende, tempat Sukarno mengembangkan pengetahuan. Di tempat ini juga ia menjalin kerja sama dan persahabatan dengan para pastor.
Kelima, gedung pertunjukan Immaculata atau percetakan Nusa Indah, tempat pementasan tonil drama karya Sukarno bersama beberapa masyarakat setempat. Selama pengasingan, Sukarno setidaknya menghasilkan 13 karya drama.
Keenam, Pastoran Katedral Ende yang juga menjadi tempat Sukarno meminjam buku dan berinteraksi dengan para pastor. Ketujuh, bekas Toko De Leew yang menjadi tempat Sukarno menitipkan surat untuk dikirim ke Jawa.
Kedelapan, Makam Amsi, tempat mertua Sukarno--orang tua Inggit Ganarsih--dimakamkan karena meninggal dalam pengasingan.
FRANSISCO ROSARIANS
Berita Terpopuler
Siapa Sebenarnya Sosok Ustad Hariri?
Roger Danuarta Masih Tak Sadar Saat Ditemukan
Roger Danuarta Positif Pakai Heroin
Kasus Narkoba, Roger Danuarta Ditangkap Polisi
Gus Solah: Hariri Tak Pantas Dipanggil Ustad