TEMPO.CO, Bandung - Puluhan seniman dan sastrawan Sunda merayakan Hari Bahasa Ibu Sedunia di aula Universitas Padjadjaran, Bandung, Jawa Barat, Kamis, 21 Februari 2013 siang. Acara dimeriahkan dengan beragam sajian seni budaya, seperti pantun, sisindiran, sajak oleh Godi Suwarna, dan drama Sunda komedi.
Perintis Hari Peringatan Bahasa Ibu Sedunia khusus bahasa Sunda, Ganjar Kurnia, mengatakan, acara tahun ini menyajikan beragam kekayaan bahasa Sunda dengan berbagai bentuk karya. Seniman pantun, Ayi Ruhimat, membuka acara dengan bercerita sambil jemarinya memetik dawai alat musik kecapi.
Peggiat dan penggemar fiksi mini berbahasa Sunda sebelumnya berkumpul di gedung Bale Rumawat Universitas Padjadjaran. Di ruangan itu, sekitar 20-30 orang berdiskusi cerita lalu bergantian membacakan fiksi mini karyanya sendiri atau orang lain.
"Saat ini bahasa Sunda masih di peringkat 36 sebagai bahasa yang masih dipercakapkan orang di dunia. Masih ada ancaman sehingga harus terus kita pelihara," kata Ganjar kepada Tempo.
Menurut Ganjar, perlu dijajal bentuk baru dari seni tradisional Sunda untuk tampil secara modern di dunia maya. Setelah fiksi mini berbahasa Sunda dikenalkan di Facebook, sisindiran atau berbalas pantun bisa dibuatkan laman khusus.
Adapun fiksi mini berbahasa Sunda yang telah muncul di dunia maya sejak 2011 kini telah memiliki ribuan anggota. Sekitar 100 orang di antaranya aktif membuat karangan pendek yang dibatasi maksimal hingga 150 kata. Grup terbuka itu di antaranya bertujuan sebagai ruang pendidikan bahasa Sunda.
"Sejauh ini belum bisa disebut sebagai genre sastra baru berbahasa Sunda, masih ada polemik seperti sajak Sunda dulu," kata Hadi AKS, admin grup fiksi mini berbahasa Sunda. Para penggiat dan penggemarnya berharap fiksi mini itu sekarang bisa diterima dan hidup lama.
ANWAR SISWADI
Baca juga
Vokalis Baru Kangen Band Diminta Jangan Nakal
Tidak Ada Toy Story 4 Dalam Waktu Dekat
Calvin Jeremy Tidak Terlena Kehidupan Malam