Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Menghidupkan Ritual Buat Gamelan yang Nyaris Punah  

image-gnews
Alat musik tradisional khas Jawa Barat dari bahan perunggu ini banyak dipesan oleh negara Peru, Italia, Beijing, Jepang dan Malaysia dengan harga mulai dari 38 juta sampai 175 juta. TEMPO/Aditya Herlambang Putra
Alat musik tradisional khas Jawa Barat dari bahan perunggu ini banyak dipesan oleh negara Peru, Italia, Beijing, Jepang dan Malaysia dengan harga mulai dari 38 juta sampai 175 juta. TEMPO/Aditya Herlambang Putra
Iklan

TEMPO.CO , Sukaharjo: Bukan sekadar membuat gamelan. Saroyo, salah satu perajin asal Wirun, Sukoharjo, mencoba menghidupkan kembali ritual tradisional dalam membuat gamelan. Sebuah ritual yang telah menghilang selama puluhan tahun.

Sekelompok orang berpakaian adat Jawa lengkap duduk mengelilingi sesajian pepak ageng di atas sebuah meja, Sabtu, 2 Juni 2012. Asap dupa dan kemenyan mengepul di serambi depan besalen, tempat membuat gamelan. Mereka menggelar doa bersama untuk kelancaran proses pembuatan seperangkat gamelan yang dinamakan Kiai Berkah.

Di dalam besalen, belasan pekerja berpakaian hitam menyiapkan perapian. Semuanya memakai ikat kepala warna hitam. Mereka memasukkan berkarung arang dan menyalakannya. Api lekas membesar melalui blower yang ditiupkan.

Setelah doa bersama usai, mereka pun memasukkan tembaga ke dalam api, selanjutnya untuk diproses untuk menjadi gong. Tidak lupa, emas batang berukuran kecil dimasukkan dalam tembaga yang mulai berpijar.

Ritual yang dilakukan dalam membuat gamelan itu telah hilang selama puluhan tahun dari pusat kerajinan gamelan tersebut. Menurut ingatan Saroyo, ritual terakhir dilakukan sekitar 1970-an. “Saat itu ritual dilakukan saat ada pesanan gamelan dari Keraton Yogyakarta,” katanya.

Alasan hilangnya ritual itu juga cukup klasik. “Penghematan biaya dan waktu,” kata Saroyo. Umumnya, pemesan gamelan enggan mengeluarkan biaya tambahan untuk penyelenggaraan ritual. Dari sisi perajin, ritual itu memakan banyak waktu. Padahal mereka membayar para pekerjanya dengan upah harian.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Saroyo sengaja menghidupkan kembali ritual itu lantaran permintaan dari pemesannya. “Pemesan menginginkan seperangkat gamelan beserta budayanya,” katanya. Dia pun menggandeng spiritualis dari Keraton Surakarta untuk melaksanakannya. “Saya sudah telanjur lupa syarat-syaratnya,” katanya.

Saroyo membutuhkan waktu hingga lima bulan untuk menyelesaikan pesanan perangkat gamelan lengkap tersebut. Dia telah menyiapkan berbagai bahan, termasuk 10 kuintal tembaga serta empat kuintal timah. Sayang, dia enggan menyebut harga yang dipatok untuk pesanan ini.

Pemesan gamelan, Tjokrohadiningrat, menyebut gamelan bukan sekadar alat musik. “Gamelan merupakan hasil kebudayaan asli Bangsa Indonesia,” katanya.

Karena alasan tersebut, dia sengaja memesan gamelan yang lengkap dengan budaya dan ritual dalam pembuatannya.

AHMAD RAFIQ

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Mengenal Kain Tenun Bima, Ada Tembe Mee yang Dipercaya Bisa untuk Pengobatan Penyakit Kulit

7 hari lalu

Kain tenun tembe mee Donggo  yang berusia puluhan tahun dan diwariskan turun-temurun (TEMPO/Akhyar M. Nur)
Mengenal Kain Tenun Bima, Ada Tembe Mee yang Dipercaya Bisa untuk Pengobatan Penyakit Kulit

Kain tenun Bima yang sudah ada sejak sebelum Islam masuk ke Bima ini memiliki ciri khas, misalnya warna hitam pada tenun Donggo.


PNM Sukses Berdayakan Nasabah Hingga Mengekspor Produknya

16 hari lalu

PNM Sukses Berdayakan Nasabah Hingga Mengekspor Produknya

Nasabah PT Permodalan Nasional Madani (PNM) Unit Cempaka Banjarmasin, Salasiah, berhasil mengolah rumput purun menjadi berbagai produk yang fungsional seperti tikar, topi, dompet dan tas sebagai produk andalan.


Berawal Iseng jadi Rezeki, Desainer Kerajinan Perhiasan Bunga Kering Ini Raup Omzet Rp 800 Juta

4 Maret 2024

Pengusaha aksesori dari bunga kering, Korona 32 tahun di pameran Inacraft 2024 Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta Pusat pada Ahad, 3 Maret 2024. TEMPO/Desty Luthfiani
Berawal Iseng jadi Rezeki, Desainer Kerajinan Perhiasan Bunga Kering Ini Raup Omzet Rp 800 Juta

Berawal dari kecintaannya dengan bunga, desainer kerajinan ini membuat perhiasan dari bunga kering dan akhirnya bisa meraup omzet hingga ratusan juta.


Pameran Kerajinan Jiffina 2024 di Yogyakarta Digelar Empat Hari, Tebar Hadiah Voucher Hotel

3 Maret 2024

Jiffina 2024 digelar di Jogja Expo Center (JEC) Yogyakarta 2-5 Maret 2024. (Tempo/Pribadi Wicaksono)
Pameran Kerajinan Jiffina 2024 di Yogyakarta Digelar Empat Hari, Tebar Hadiah Voucher Hotel

Event pameran kerajinan dan furniture internasional atau Jogja International Furniture & Craft Fair atau Jiffina kembali digelar di Jogja Expo Center (JEC) Yogyakarta 2-5 Maret 2024.


Buka Inacraft 2024, Teten Sebut RI Punya Pangsa Pasar 1,25 Persen dalam Industri Kerajinan di Dunia

28 Februari 2024

Pengunjung memperhatikan barang yang dijual dalam pameran Inacraft on October di JCC, Jakarta, Rabu, 2 Oktober 2023. Salah satu pameran produk kerajinan terbesar di Asia Tenggara itu diikuti lebih dari 700 peserta yang berlangsung hingga 8 Oktober mendatang. Tempo/Tony Hartawan
Buka Inacraft 2024, Teten Sebut RI Punya Pangsa Pasar 1,25 Persen dalam Industri Kerajinan di Dunia

Menkop UKM, Teten Masduki, memproyeksikan pangsa pasar RI dalam industri kerajinan dapat terus meningkat.


Mampir ke Bengkel Keris Cek Eri, Upaya Selamatkan Pusaka Palembang dari Kepunahan

27 Desember 2023

Heri Sutanto atau Cek Eri, seniman pembuat hulu dan warangka keris Palembang (TEMPO/Parliza Hendrawan)
Mampir ke Bengkel Keris Cek Eri, Upaya Selamatkan Pusaka Palembang dari Kepunahan

Cek Eri termasuk dalam segelintir orang yang berikhtiar selamat keris Palembang. Ia membuat hulu juga mengerjakan warangka keris Palembang


Rumah Rajut dan Tenun jadi Daya Tarik Turis Mancanegara di Pulau Ngenang Batam

16 Desember 2023

Suasana Rumah Rajut di Pulau Ngenang Kota Batam, Kamis, 14 Desember 2023. (TEMPO/Yogi Eka Sahputra)
Rumah Rajut dan Tenun jadi Daya Tarik Turis Mancanegara di Pulau Ngenang Batam

Pulau Ngenang di Batam yang menjadi tempat tinggal suku Melayu kini menarik minat wisatawan lokal dan mancanegara.


Menengok Keseruan Festival Bambu Lord of the Pring di Bantul

3 Oktober 2023

Suasana Grebeg Bambu bertajuk Lord of the Pring di Bantul Yogyakarta Minggu 1 Oktober 2023. (Dok.visiting jogja)
Menengok Keseruan Festival Bambu Lord of the Pring di Bantul

Kerajinan bambu Munthuk, Bantul, Yogyakarta, telah memiliki pasar dalam negeri dan mancanegara.


Pecinta Kerajinan, Inacraft Bakal Digelar 4-8 Oktober Ini di JCC

27 September 2023

Seorang pengunjung tengah memilih produk kerajinan di Inacraft (Istimewa)
Pecinta Kerajinan, Inacraft Bakal Digelar 4-8 Oktober Ini di JCC

Inacraft on October 2023 juga akan menghadirkan fasilitas khusus yang disebut dengan Talam Inacraft.


Terkini: Indef Sebut Penyebab Meruginya MotoGP dan WSBK, Susi Pudjiastuti Buka Suara Lagi soal Ekspor Pasir Laut

18 Juni 2023

Xavi Vierge usai finis di WorldSBK Indonesia 2023. (Foto: HRC)
Terkini: Indef Sebut Penyebab Meruginya MotoGP dan WSBK, Susi Pudjiastuti Buka Suara Lagi soal Ekspor Pasir Laut

Ekonom Indef menanggapi dua event internasional yang diselenggarakan di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika, MotoGP dan WSBK, yang disebut merugi.