TEMPO.CO, Jakarta - Trah Kasultanan Hamengku Buwono (HB) se-Jabodetabek gelar kegiatan syawalan keluarga besar, pada Ahad siang, 4 Mei 2024.
Kegiatan silaturahmi yang diprakarsai Paguyuban Trah Hamengku Buwono (PTHB) se-Jabodetabek ini merupakan agenda rutin yang setiap tahun menampilkan ragam budaya khas Yogyakarta, salah satunya penampilan Prajurit Keraton Yogyakarta dan fragmen tari Begawan Ciptaning Mintaraga.
“Kegiatan ini bertujuan untuk menggalang kebersamaan, keakraban, dan persaudaraan serta meningkatkan kualitas silaturahmi di antara Trah HB terutama yang berdomisili di area Jabodetabek. Kami selalu berharap, semoga Paguyuban Trah ini dapat selalu berkesinambungan serta bermanfaat bagi seluruh anggotanya,” ujar GBPH Suryodiningrat, Ketua Paguyuban PTHB se-Jabodetabek.
Selain itu, Suryodiningrat juga mengatakan bahwa kegiatan ini akan memupuk dan menjalin rasa persaudaraan, serta saling mengenal bagi masyarakat Yogyakarta. “Agar persaudaraan tidak kepaten obor, kehilangan jejak leluhur. Juga agar dapat ngumpulke balung pisah, menyatukan kembali keluarga, teman, atau pun kelompok tertentu yang terpisahkan oleh waktu ataupun jarak dan kondisi yang berbeda,” ujarnya.
Acara halal bihalal syawalan Trah Hamengku Buwono se-Jabodetabek dilaksanakan di Diklat Kejaksaan Ragunan, Jakarta Selatan, Sabtu, 4 Mei 2024. Foto: Istimewa
Pada acara ini, para tamu undangan terlihat berfoto dengan para prajurit keraton yang mengenakan pakaian-pakaian khas kesatuan mereka, seperti Wirobrojo, Daeng, Patangpuluh, Jogokaryo, Prawirotomo, Nyutro, Ketanggung, Mantrijeron, Surokarto, Bugis, dan Manggoloyudo.
Tak hanya itu, syawalan ini juga menyediakan beberapa makanan khas Yogyakarta. R.Ay Sri Kusumo Amdani, Ketua Panitia Gelar Budaya dan Syawalan PTHB se-Jabodetabek 2024, mengatakan bahwa acara ini diharapkan juga untuk melestarikan warisan budaya leluhur yang adiluhung.
“Kami berharap, generasi muda Trah tidak kehilangan jejak warisan budaya leluhur. Komitmen dan harapan yang mulia ini akan mempunyai kemanfaatan untuk kita semua. Kekuatan yang mengakar inilah yang akan menjadi identitas atau jati diri bangsa, dan tentunya akan menjadi sumbangan bagi kekuatan Bangsa,” kata Amdani.
Adapun, kegiatan ini mengusung tema "Kekuatan Bangsa Tercermin Pada Keagungan Budaya" dengan penanggung jawab utama adalah anggota paguyuban dari trah Hamengku Buwono VII dan Trah Hamengku Buwono VllI. Dalam acara ini disajikan sendra tari Begawan Ciptaning Mintaraga karya HB VIII. Sementara itu, suasana motif kawung juga dipilih karena identik dengan HB VII.
Fragmen tari Begawan Ciptaning Mintaraga sendiri mengisahkan pertarungan antara Prabu Niwatakawaca dari kerajaan Ima Imantaka dengan Begawan Ciptaning atau Arjuna. Pertarungan ini bermula ketika lamaran Prabu Niwatakawaca yang ditolak Dewi Supraba.
Peperangan sengit pun terjadi antara Kerajaan Ima Imantaka dengan para dewa yang dimenangkan Prabu Niwatakawaca dengan kesaktiannya. Kemudian, Sang Hyang Bathara Guru meminta bantuan Arjuna yang sedang bertapa di Gunung Ngendrakila untuk mengalahkan Prabu Niwatakawaca.
Untuk memenangkan pertarungan, Dewi Supraba sengaja dikirim untuk menjadi istri Prabu Niwatakawaca, agar mengetahui kelemahannya. Akhirnya, Prabu Niwatakawaca dapat dikalahkan dan Arjuna menjadi raja di Kahyangan dengan gelar Prabu Kalithi.
Pilihan Editor: Tradisi Kenduri Syawalan Guna Jaga SIlaturahmi Antarwarga