TEMPO.CO, Jakarta - Novelis Ayu Utami ikut merasa sedih atas kepergian aktor kawakan Haji Icik Muhammad Damsik atau yang dikenal dengan nama HIM Damsyik. Mendengar berita itu, Ayu membagi cerita dengan Tempo mengenai sosok "Datuk Maringgih" di matanya. "Ia sangat profesional, tepat waktu, sabar, dan gentle," tulisnya dalam surat elektronik, Jumat, 3 Februari 2012.
Pengarang dwilogi novel Saman dan Larung ini terakhir bertemu Damsyik pada 2010. Ketika itu Ayu sedang dalam proses riset novel Larung. "Di Larung ada tokoh penari yang mengajari dansa tango, maka saya belajar kepadanya," tulisnya
Seperti diketahui, selain menjadi aktor, Damsyik juga memiliki profesi lain sebagai penari profesional. Menurut Ayu, waktu itu kelompok penari tango belum sebanyak sekarang. "Guru dansa yang saya ketahui, ya HIM Damsyik."
Damsyik sangat terbuka meskipun mengetahui Ayu hanya mengambil kursus guna kepentingan riset. "Dia mau menerima saya sebagai murid walau saya tak berniat jadi penari atau cinta dansa."
Menurut keterangan Ayu, dulu Damsyik mengajar di dua tempat, di Kartika Chandra dan di tempat Venna Melinda. "Saya ikut di Kartika Chandra karena dekat dengan rumah," tulisnya
Walau sibuk dengan dunia akting, Damsyik tetap konsisten mengajar dansa. "Energi penuh tercurah saat berdansa," tulisnya.
Sosok Damsyik, menurut Ayu, adalah seorang yang berbahagia dengan hidup yang ia jalani. "Ia mengisi hidupnya dengan produktif baik dan bermatabat," tulisnya. "Saya ucapkan selamat jalan dan terima kasih kepadanya."
Aktor kawakan Haji Incik Muhammad Damsyik alias HIM Damsyik tutup usia dinihari tadi, 3 Februari 2012 di Rumah Sakit Puri Cinere, Depok, Jawa Barat. Almarhum mengembuskan napas terakhirnya di usia 82 tahun. Sebelumnya, Damsyik sempat menderita kelainan darah.
ANANDA PUTRI | DIANING SARI
Berita Terkait
HIM Damsyik, Datuk Dansa yang Romantis
Venna Melinda: Om Damsyik Tidak Merasa Senior
Mendiang Damsyik Tak Kikir Seperti Datuk Meringgih
Widyawati Tak Tahu Damsyik Sudah Lama Sakit