Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Ontosoroh Selepas Pulang dari Belanda

image-gnews
"Mereka Memanggilku Nyai Ontosoroh" di Teater Salihara Jakarta Selatan.(ANTARA)
Iklan
TEMPO Interaktif, Jakarta - Sanikem bukan hanya wanita yang keras hati, tapi juga teguh mempertahankan apa yang menjadi haknya. Ia, gadis cantik bunga Tulangan Sidoarjo, telah dijual oleh ayahnya seharga 25 gulden kepada tuan besar administrator pabrik gula di daerah tersebut. Dialah Tuan Herman Mellema.

 

Betapa tercabik-cabiknya Sanikem. Tak ada yang bisa ia lakukan. Yang tersisa hanyalah dendam tak berkesudahan.

 

Begitulah awal kisah drama Mereka Memanggilku Nyai Ontosoroh yang dipentaskan ulang di Teater Salihara, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Jumat dan Sabtu malam lalu. Drama ini telah dipentaskan pertama kali di Selasar Sunaryo, Bandung, Jawa Barat, dan Erasmus Huis, Jakarta, Mei tahun lalu.

 

Naskah diadaptasi oleh Faiza Mardzoeki dari novel karya Pramoedya Ananta Toer berjudul Bumi Manusia. Tahun lalu, drama ini sukses dipentaskan di negeri Belanda dalam beberapa festival.

Drama ini berkisah tentang seorang gundik yang pada akhirnya mampu mengendalikan sebuah perusahaan besar. Ia dikenal dengan nama Nyai Buitenzorg. Rupanya lidah pribumi susah melafalkannya. Jadilah orang-orang memanggilnya Nyai Ontosoroh.

 

Sanikem, Ontosoroh muda, digambarkan sebagai perempuan yang melawan garis nasib pergundikan. Ia mempelajari apa saja, termasuk membaca, menulis, bahkan ilmu perdagangan. Beruntung, Tuan Mellema berbaik hati mengajarkan segala hal kepada Sanikem.

 

Ontosoroh tak mau nasibnya menurun kepada anak perempuannya, Annelis Mellema. Ia bersama Minke memperjuangkan hak-hak pribumi yang dipandang sebelah mata oleh pemerintah Hindia Belanda saat itu.

 

Formasi pemain dalam pentas drama Mereka Memanggilku Nayi Ontosoroh kali ini hampir sama dengan pertunjukan-pertunjukan sebelumnya. Sita Nursanti memerankan Ontosoroh dengan lebih matang setelah beberapa pentas di Belanda. "Ada pengalaman batin yang lebih kaya," ujar Sita, penyanyi grup trio RSD (Rida-Sita-Dewi).

 

Ekspresi Sita sangat memukau ketika ia meluapkan segala kemarahannya kepada Tuan Mellema. Atau, monolog saat Sita menggugat hak yang hanya memihak kepada kaum Belanda totok. Sita juga lebih bisa menguasai ruang dengan gerakan tangan yang ia tambahkan sesekali.

 

Begitu juga pemeran Herman Mellema (Willem Bevers) dan Minke (Bagus Setiawan). Namun peran Annelis Mellema, yang semula dimainkan oleh Agni Melati, malam itu diperankan oleh Anita Bintang. "Agni sedang sakit," kata sutradara Wawan Sofwan.

 

Wawan mengaku sangat puas atas konsep panggung pada malam itu. Tiga properti yang diletakkan terpisah sangat mewakili setting masa lalu dan masa kini. Tak ada batas antara panggung dan penonton. "Pemanggungan sangat ideal," ujar Wawan, yang telah menyutradarai drama ini dalam versi panjang (berdurasi sekitar tiga jam) pada 2007.

 

Drama berdurasi satu setengah jam ini diatur persis sama dengan pertunjukan di Zuiderpershuis Culturel Centrum, Antwerpen. "Antwerpen adalah puncak pertunjukan mereka," katanya.

 

Menurut Wawan, para pemain berperan lebih matang setelah pertunjukan di Belanda. Bahkan salah seorang direktur festival Tong-Tong, Den Haag, mengatakan kepada Wawan, "Pertunjukan ini adalah bagian dari kami. Orang tua kami tak lain adalah nyai-nyai itu," ujar Wawan, menirukan.

 

Naskah tak berubah banyak setelah tur pertunjukan di Belanda. Justru yang berubah adalah pengalaman batin karena mereka memainkannya di negara yang menjadi bahan hujatan dalam naskah itu. Selain di Den Haag dan Antwerpen, mereka mementaskannya di Tropentheater, Amsterdam.

 

Wawan mengatakan anak-anak muda di Belanda sempat kaget melihat drama ini. “Mereka rupanya sangat sedikit menerima kurikulum kolonialisme dalam sistem belajarnya,” katanya.

 

 

ISMI WAHID

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Sehari 4 Kali, Teater Bandoengmooi Gelar Pertunjukan Longser Kerajaan Tikus

16 Oktober 2023

Pertunjukan Longser Kerajaan Tikus di Gedung Kesenian Rumentang Siang Bandung, Sabtu 14 Oktober 2023. (Dok.Bandoengmooi)
Sehari 4 Kali, Teater Bandoengmooi Gelar Pertunjukan Longser Kerajaan Tikus

Pewarisan seni longser melalui pelatihan, residensi atau pemagangan, dan pertunjukan di ruang publik dilakukan setiap tahun.


Minat Anak Muda Berkurang, Bandoengmooi Gelar Seni Longser Pahlawan Kesiangan

4 September 2023

Pertunjukan seni longser gelaran Bandungmooi berjudul Pahlawan Kesiangan. Dok.Bandoengmooi
Minat Anak Muda Berkurang, Bandoengmooi Gelar Seni Longser Pahlawan Kesiangan

Longser termasuk seni pertunjukan dalam daftar warisan budaya tak benda dari Jawa Barat.


Marcella Zalianty Ungkap Perbedaan Menjadi Produser Teater dan Film

30 Agustus 2023

Marcella Zalianty. TEMPO/Charisma Adristy
Marcella Zalianty Ungkap Perbedaan Menjadi Produser Teater dan Film

Marcella Zalianty saat ini sedang mempersiapkan pertunjukan teater kolosal


Festival Teater Jakarta 2022, tak Sekadar Pertunjukan

4 Oktober 2022

Festival Teater Jakarta 2022, tak Sekadar Pertunjukan

Puncak apresiasi FTJ diniatkan sebagai etalase yang memperlihatkan capaian pembinaan teater Jakarta pada tahun berjalan.


Indonesia Kita Kembali Hibur Masyarakat Jakarta sebagai Ibadah Kebudayaan

18 Juni 2022

Sejumlah pemain melakukan pertunjukan seni teater yang digabungkan dengan seni musik dan seni tari dengan lakon
Indonesia Kita Kembali Hibur Masyarakat Jakarta sebagai Ibadah Kebudayaan

Direktur Kreatif Indonesia Kita, Agus Noor berharap pertunjukan Indonesia Kita ke-36 ini bisa memulihkan situasi pertunjukan seni di Indonesia.


Ngabuburit di Medan Sambil Nonton Teater Rumah Mata: Temukan Sahabat Sejatimu

15 April 2022

Pertujukan Shiraath oleh Teater Rumah Mata di Metrolink Street Market, Kota Medan, pada Ahad, 10 April 2022. Dok. Teater Rumah Mata
Ngabuburit di Medan Sambil Nonton Teater Rumah Mata: Temukan Sahabat Sejatimu

Teater Rumah Mata menggelar pertunjukan Shiraath untuk mengisi ngabuburit di sejumlah tempat di Kota Medan.


Hari Teater Sedunia, Indonesia Punya Wayang Orang, Longser, Lenong dan Ketoprak

27 Maret 2021

105 Tahun Gedung Wayang Orang Sriwedari
Hari Teater Sedunia, Indonesia Punya Wayang Orang, Longser, Lenong dan Ketoprak

27 Maret menjadi Hari Teater Sedunia. Indonesia pun punya beragam pertunjukan teater rakyat seperti wayang orang, lenong, longser, hingga ketoprak.


27 Maret Hari Teater Sedunia, 60 Tahun Sampaikan Pesan Perdamaian di Dunia

27 Maret 2021

Pertunjukan teater Sie Jin Kwie dari Teater Koma. (ANTARA)
27 Maret Hari Teater Sedunia, 60 Tahun Sampaikan Pesan Perdamaian di Dunia

Dulunya Teater merupakan hiburan paling populer di Yunani, pada 27 Maret, 60 tahun lalu Institut Teater Internasional menggagas Hari Teater Sedunia.


Festival Teater Tubuh Dimeriahkan Belasan Penampil Secara Daring

18 Maret 2021

Kelompok Teater Api Indonesia memainkan lakon berjudul Toean Markoen di Festival Teater Tubuh II, Selasa 16 Maret 2021. Dok. Festival
Festival Teater Tubuh Dimeriahkan Belasan Penampil Secara Daring

Festival Teater Tubuh berlangsung mulai Selasa sampai Sabtu, 16 - 20 Maret 2021. Festival ini merupakan silaturahmi tubuh kita dalam pandemi Covid-19.


Akhir Pekan Ini Pertunjukan Teater Sie Jin Kwie Tayang di YouTube

3 Juli 2020

Pertunjukan teater Sie Jin Kwie dari Teater Koma. (ANTARA)
Akhir Pekan Ini Pertunjukan Teater Sie Jin Kwie Tayang di YouTube

Pementasan Sie Jin Kwie pada 2010 lalu di Graha Bhakti Budaya, Jakarta, kini bisa disaksikan kembali pada 4 - 5 Juli di kanal YouTube Indonesia Kaya.