Kelompok itu muncul dalam sebuah musyawarah terbuka para seniman grafiti dunia di P.S. 15 di Paterson, New Jersey, untuk menggalang dana pembentukan organisasi itu. Para pesertanya adalah para seniman jalanan terkenal, seperti Eyesor, Madhatter, Herm Life, dan Ms. Bless. Selama acara itu, mereka melukis dinding sebuah sekolah dan memberi pelajaran melukis dengan cat semprot dan kegiatan terkait seni lainnya untuk anak-anak.
Penguasaha real estate Eric Granowsky menggagas pembentukan yayasan baru yang sedang dalam proses menjadi lembaga nirlaba itu, setelah dia kecewa dengan pengurangan program seni di sekolah putrinya--sebuah tren menyedihkan yang kini terjadi di sekolah-sekolah negeri New York.
"Kami ingin mendekriminalisasikan seni dan pada saat yang sama mendukungnya bagi generasi-generasi mendatang," kata Craig Dershowitz, yang turut mendirikan yayasan itu, kepada Wall Street Journal.
Tapi, tak semua orang merasa bahwa melindungi grafiti dan membuatnya dapat diakses anak-anak adalah sebuah gagasan yang bagus. "Kami ingin melihat mereka berubah atau dipenjara dan saya ingin meereka membayar ganti rugi," kata Fred Kress, koordinator organisasi Citizens Against Graffiti Everywhere, kepada Journal. "Ini kan vandal, pastilah bukan karya seniman. Kalau begitu nyeni, mengapa mereka tidak melakukannya di mobil dan rumah mereka sendiri?"
Sentimen serupa dirasakan polisi New York City, yang telah meningkatkan sikap antigrafitinya dengan menahan para seniman jalanan, dari 2.962 orang pada 2006 menjadi 4.158 para tahun lalu.
iwank | Artinfo